Karena Kutang, Orang Sak Kampung jadi Pintar Membaca Peluang
Kata Kutang disematkan. Kata itu disematkan untuk menamai sebuah pantai. Pantai itu ada di Lamongan. Jorok juga rasanya, masak kutang dijadikan nama? Tidak adakah nama lain yang lebih indah, seindah pantai itu sendiri misalnya? Atau sang pantai justru kalah indah dengan sebentuk kutang?
Entahlah, yang jelas nama itu sudah kadung. Terlanjur. Kadung dan terlanjur melekat. Namun di luar dugaan pantai satu ini justru cepat booming dibanding destinasi wisata lain di Kabupaten Lomongan. Boleh jadi karena namanya yang teramat seksis itu.
Ibarat tak ada asap kalau tak ada api perihal kutang seperti begitu rasanya. Tak serta merta pantai itu bernama kutang. Tentu ada musababnya. Dan faktanya memang betul, karena dibawa ombak seringkali barang perempuan yang sangat privat itu terdampar di pantai.
Apakah kutangnya masih bisa dipakai? Ya endaklah! Itu barang punya siapa. Datangnya juga dari mana. Kok bisa terdampar di situ karena apa. Karena dibuang, karena tanpa sengaja lepas lalu dibawa ombak sementara si empunya kutang mandi telanjang di laut. Dibuang karena tidak ada tempat sampah. Mungkin dilarung di laut karena sesuatu yang mistis: untuk pesugihan misalnya, atau untuk pengasihan, dan seterusnya. Atau ada yang sengaja mesum di kawasan pantai lalu tertinggal?
Segudang dugaan dan segudang tanya. Tapi semuanya tak bisa dijawab dengan data. Misal: kutang itu merk apa. Kalau merknya tertentu setidaknya bisa diketahui kalangan mana yang memakai, dan sebab apa bisa dibawa gelombang. Lalu, kampung apa yang terdekat dari radius itu, berapa yang tak punya kamar mandi sehingga mandinya di laut. Kutang lepas di pantai, lalu ombak nakal datang dan dibawalah si kutang. Atau, sebelumnya menjadi tujuan wisata atau bukan, kalau tujuan wisata pasti punya perempuan-perempuan itu terjatuh dari tas dan lupa mengambilnya kembali. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Karena makin tak terjawab, sementara dari ke hari-hari makin banyak saja kutang-kutang berseliweran di pantai, warga di bibir pantai pun gemas. Sembari bersungut-sungut pantai dibersihkan sambil mengomel panjang pendek: kutang lagi, kutang lagi, kutang lagi, dan kutang lagi. Jadilah kata kutang menjadi kebiasaan terucap. Wis enake jenenge Pantai Kutang ae. Akhir kata, warga menaminya dengan Pantai Kutang.
Pantai Kutang ini tak cukup jauh dari pusat Kota Lamongan. Sebab itu, begitu nama kutang ini viral di berbagai media sosial, si kutang makin menjadi-jadi ramainya. Menjadi tujuan. Menjadi destinasi. Menjadi pilihan plesiran agar sesekali menemukan kutang tak terpakai di hamparan pasirnya.
Kutang ini, ehm maksudnya Pantai Kutang ini, ada di di Desa Labuhan. Wilayahnya Kecamatan Brondong. Brondong itu tak jauh dari Paciran. Kalau di Paciran ada WBL. Jadi sebelum atau setelah dari WBL bisa menengok sebentar eksotis nama pantai yang satu ini.
Afnan Efendi, Kepala Desa Labuhan, kepada ngopibareng.id mengatakan, sebelum dikenal luas dan sepopuler seperti sekarang lokasi Pantai Kutang itu aslinya masih berupa persikan Kali Semliku. Apa itu? Tak lain adalah semacam pulau kecil di pinggir pantai.
Masih menurut Afnan Efendi, lazimnya wilayah pesisir yang belum pernah tersentuh keramaian, Persikan Kali Semliku ini masih sering dipenuhi sampah-sampah yang hanyut di laut. Gelombang ombak lalu mendamparkankanya di hamparan pantai.
“Lokasinya betul-betul masih seperti gadis perawan kala itu. Malah keindahannya klasik. Di sepanjang bibir pantai biasanya banyak dimanfaatkan para pemuda desa ntuk bermain sepak bola. Setiap sore menjelang surup. Sementara orang dari luar desa juga sesekali datang untuk memancing atau menjala ikan. Kadang kalau menjala ikan ya ketemu kutang juga,” kata Kepala Afnan Efendi.
Dulu, lanjut dia, ada sekelumit cerita berbau sejarah. Karena lokasinya yang sepi dan tersembunyi, Persikan Kali Semliku ini di zaman penjajahan juga digunakan tempat persembunyian pejuang dari Kabupaten Tuban.
Lalu, situasi berubah beberapa tahun silam. Persisnya tahun 2015 lalu. Keindahan panorama Kali Semliku terekam kamera dan kemudia terbang bersama digitalisasi zaman. Sejak itu orang pada plesir. Pantai Kutang jadi tujuan piknik. Makin hari makin ramai, dan label Pantai Kutang menjadi magnet tersendiri.
Anda sudah pernah menjajal kutang, eh maksusnya menjajal hamparan pasirnya Pantai Kutang? Belum? Ah sayang, cobalah kutangnya ehh cobalah pantainya, siapa tahu piknik Anda menjadi lebih berwarna dan menyenangkan. Atau mau coba bawa kutang pulang kalau menemukannya? Berani? (totok martono/widikamidi)