Cerita Sedih Penjual Bendera Jelang Peringatan 17 Agustus
Memasuki Agustus, warga biasanya berbondong-bondong menghiasi rumah atau kampung mereka dengan pernak-pernik merah putih. Misalnya, bendera, lampion dan lainnya. Tujuannya untuk ikut merayakan hari kemerdekaan Indonesia, yang dirayakan setiap 17 Agustus.
Saat momen seperti ini, para pedagang bendera dan pernah-pernik merah putih biasanya kebanjiran pesanan. Namun, beda dengan yang terjadi di tahun ini. Pandemi yang tak kunjung usai membuat banyak pedagang mengeluh karena omzet mereka menurun.
Salah satunya Moch. Solikin. Pria paruh baya ini sudah kenyang makan asam garang berjualan bendera. Dia sudah menjual pernak-pernik tujuh belasan sejak 47 tahun lalu. Namun, penurunan omzet paling parah, seingat dia baru terjadi tahun ini. Menurut hitungannya, penjualannya saat ini menurun hingga 50 persen pada waktu yang sama tahun lalu .
"Di awal Agustus karena masih pandemi ini jadi menurun. Penurunan bisa mencapai 50 persen," kata Solikin sedih.
Solihin mengatakan, penurunan tersebut karena pembelian untuk instansi berkurang, sebab banyak instansi yang masih tutup akibat pandemi Covid-19.
"Kalau warga tetap semangat merah putih. Yang kantor sudah agak menurun pembeliannya," kata Solihin.
Biasanya sejak Juli sudah banyak pesanan yang datang padanya. Tapi saat ini hingga memasuki awal Agustus seperti saat ini, penjualannya belum terlalu banyak.
"Biasanya ramainya memang ditanggal 5 sampai 10 Agustus. Kalau untuk keseluruhan omzet diperkiran sampai akhir Agustus paling banter 70 persen," imbuhnya.
Ia pun menuturkan, biasanya yang paling banyak dicari masyarakat adalah umbul-umbul, bendera dan background merah putih.
"Range untuk background dari Rp75 ribu sampai Rp90 ribu. Yang bendera untuk di mobil Rp5 ribu sampai Rp20 ribu. Bendera ukuran besar Rp90 ribu hingga Rp135 ribu," tutupnya.