Film Ave Maryam, Religi dalam Balutan Bhineka Tunggkal Ika
Ave Maryam. Ini judul film sineas Robby Ertanto. Film dengan tema spesifik. Religi yang bukan Islam. Film yang layak tonton dengan mengedepankan sisi humanis.
Robby Ertanto Soediskam menulis dan membuat film Ave Maryam ini dengan latar belakang betapa minimnya film yang bercerita tentang religi non islam di Indonesia.
"Saya menonton film selama kurun waktu tahun 2000-an. Selama itu baru menyadari betapa minimnya film dengan tema religi selain islam. Padahal negara kita Bhineka Tunggal Ika. Akhirnya di tahun 2016 saya bertekad membuat film bertema katolik," ujar Robby pada meet and greet di Surabaya Town Square, Senin, 16 April 2019.
Film Ave Maryam yang diperankan dengan sangat apik oleh aktris Maudy Koesnadi sebenarnya mengisahkan sisi humanis luar biasa dari kehidupan seorang biarawati. Hanya berdurasi 74 menit, namun film ini mampu menggugah sisi humanis siapa saja.
Ave Maryam tidak bercerita bertele-tele. Film ini hadir secara sederhana saja. Lebih banyak menghadirkan visual dibandingkan dialog.
"Banyak yang bertanya mengapa film ini tidak banyak dialog. Hal ini karena memang kami ingin unsur visual yang berbicara. Silakan penonton sendiri yang menginterpretasikan," jelas Robby.
Menurut Robby, film humanis ini dibuat agar penonton dapat melihat dan menghargai para Biarawati dan kehidupan Romo.
Maudy Koesnaedi yang turut hadir mengatakan, butuh waktu untuk mempertimbangkan tawaran memerankan sosok biarawati.
"Peran Maryam jauh dari karakter saya. Butuh waktu untuk mempertimbangkan menerima peran ini dan Robby memberikan kesempatan untuk mempertimbangkan, beradaptasi, serta observasi," kata Maudy Koesnaedi.
"Mungkin banyak yang kaget dan kecewa saya jadi Maryam. Tapi kalau saya memang salah, itu urusan saya sama Allah," tandas Maudy.
Sementara itu, aktris Olga Lidya, yang berperan Suster Mila, menuturkan, Ave Maryam menjadi perkenalan yang manis untuk masyarakat non-katolik.
"Di antara pemain dan kru, saya satu-satunya yang beragama katolik. Film ini juga dapat menjadi jawaban tentang bagaimana kehidupan romo dan suster," terang Olga Lidya.
Ia menambahkan, film ini layak dinonton semua kalangan tidak hanya yang beragama katolik saja, karena dalam film ini tidak ada pembacaan ayat sama sekali.
"Untuk yang katolik, saya lebih tau kehidupan biarawati. Bagi teman-teman yang non-katolik, film ini juga bagus. Ave Maryam adalah produk campuran atau gado-gado yang manis," pungkasnya. (pts)