Aung San Suu Kyi Hari Ini Diadili, Dituduh Melanggar Kerumuman
Hari ini Aung San Suu Kyi mulai diadili Pengadilan Naypydaw, ibu kota baru Myanmar. Pengadilan terhadap Aung San Suu Kyi dilakukan empat bulan sejak militer melakukan kudeta. Ada lima tuduhan terhadap Aung San Suu Kyi, antara lain kepemilikan walkie-talkie secara ilegal dan melanggar pembatasan virus corona saat berkampanye untuk pemilihan. Pejabat militer juga menuduhnya melakukan korupsi dan melanggar Undang-Undang Rahasia Resmi era kolonial.
Pada usia 75 tahun, Aung San Suu Kyi menghadapi hukuman penjara yang dapat menempatkannya di penjara selama sisa hidupnya. Panglima militer dan pemimpin kudeta, Min Aung Hlaing berusaha secara permanen menyingkirkannya dari arena politik yang telah dia definisikan selama beberapa dekade.
Sementara itu, banyak pendukungnya yang telah bergerak untuk melakukan perlawanan tanpa kekerasan dan reformasi bertahap. Mereka menolak kudeta bersenjata dan penggulingan total yang dilakukan rezim militer.
Aung San Suu Kyi sempat berkuasa ketika partainya, NLD (Liga Nasional Demokrasi) memenangkan pemilu. Tetapi karena suaminya orang asing, berdasarkan konstitusi, dia tidak dapat menjadi Presiden Myanmar. Partai kemudian memilih Win Myint menjadi presiden. Meskipun tidak menjadi pemimpin secara formal, Aung San Suu Kyi dapat mengendalikan Presiden Win Myint.
Pada 2017, ketika ribuan warga Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine dibantai militer dan ratusan ribu orang Rohingya lainnya melarikan diri ke Bangladesh, Aung San Suu Kyi yang secara de facto berkuasa, hanya berdiam diri tanpa mengeluarkan komentar. Diamnya Aung San Suu Kyi dianggap menyetujui pembantaian kepada Muslin Rohongya itu.
Pemenang Hadiah Nobel itu sama sekali tidak mengutuk tindakan militer, bahkan tidak mencegahnya. Setelah kasus genosida terhadap Rohingya itu dibawa ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Aung San Suu Kyi malah pergi ke Belanda untuk membela apa yang telah dilakukan militer.
Hari ini, pengadilan terhadap Aung San Suu Kyi dimulai di Pengadilan Naypydaw.
Advertisement