Audio Visual Jadi Keharusan untuk Promosi Wisata
Mempromosikan pariwisata melalui media audio visual, dianggap paling efektif. Oleh karena itu, Generasi Pesona Indonesia (GenPI) harus menggunakan platform audio visual dalam menyalurkan kreativitas.
Training of Trainer (TOT) yang berlangsung di Aston Inn, Semarang, juga memberikan materi membuat promosi melalui video. Baik itu Video Liputan On Cam, Video Liputan Voice Over, Vlog, Live On Tape dan Motion Graphis (Info Grafis). Materi ini disampaikan presenter Genpi.co, Khadijah Alqi Almakiyah.
"Kita harus mempelajari proses pra produksi, produksi dan pasca produksi. Dan bagaimana caranya video yang dibuat berkualitas baik. Dan akan lebih baik jika yang dibuat adalah format HD," ujar Khadijah Alqi Almakiyah, yang biasa disaapa Alqi.
Alqi menjelaskan, liputan voice over adalah video hasil liputan yang berisi informasi yang dinarasikan secara audio (di-dubbing) oleh narator.
Di Genpi.co durasi video minimal 3 menit. Biasanya disertai wawancara narasumber terkait.
"Kalau Live On Tape adalah sebuah video liputan yang seluruh informasinya dinarasikan secara langsung oleh si reporter di suatu objek liputan. Tanpa ada dubbing oleh narator. Live on tape ini insert visual sangat diperlukan saat editing.
"Bahasa yang disampaikan harus jelas dan bebas dari kesalahan bertutur kata. Biasanya seringkali berisi wawancara dengan narasumber yang dianggap penting," ungkap Alqi.
Sementara, visual grafis berisi visualiasi objek liputan foto atau video tanpa disertai narasi audio (dubbing) oleh penulis, melainkan hanya info tulisan dan sound byte narasumber terkait.
"Dalam visual grafis boleh diperkaya dengan efek grafis yang menarik. Durasi maksimal 55 menit," tambah Alqi.
Alqi pun memberikan tips membuat liputan video yang keren. Saat pra produksi, siapkan konsep liputan yang akan dibuat (riset dan googling sebanyak-banyaknya objek liputan). Kemudian cari referensi video yang diinginkan.
"Setelah peralatan yang dibutuhkan (kamera, audio support dsb) disiapkan, Story Line (panduan syuting dan editing) juga harus dibuat. Latih kemampuan berbicara di depan kamera dengan bahasa yang asik dan mudah dimengerti dan siapkah draft naskah," jelas Alqi.
Untuk produksi (proses syuting), apapun jenis kamera yang digunakan pengaturan harus landscape. Perhatikan komposisi gambar dan pencahayaan. Selalu ambil established shot dan detail shot dari tiap objek destinasi yang di-shoot.
"Untuk sound byte (wawancara narasumber), jangan lupa catat dengan baik namanya. Jangan juga sia-siakan natural sound atau atmosfer sound. Suara-suara alam, burung, atau kebisingan aktivitas masyarakat itu juga sangat menambah nilai video," papar Alqi.
Sementara untuk Pasca Produksi (editing dan upload), gunakan efek yang menarik. Natural Sound adalah lebih baik dari ilustrasi sound. "Perhatikan! Jangan sampai natural sound dan ilustrasi sound balapan. Sisanya kalian bebas berkreasi," ujarnya.
Bagaimana dengan tips menulis naskah video? Ada triknya juga. Tetap gunakan kaidah subjek predikat objek. 5W 1H adalah kunci. Ingat, durasi video lebih singkat dari artikel tulisan.
"Perhatikan conversational (gaya bahasa bertutur spt percakapan sehari-hari). Harus clear (jelas). Batasi kalimat untuk satu gagasan saja. Concise (ringkas/singkat).Tulis kalimat-kalimat yang pendek. Compelling, ulislah kalimat dalam bentuk kalimat aktif. Dan gambar adalah cerita, upayakan tidak usah mengulang kalimat yang sudah jelas sudah dijelaskan di gambar," tuturnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, untuk menciptakan konten video pariwisata diperlukan startegi khusus. Harus original dan belum pernah digunakan. Yang paling ideal adalah rata-rata 5 menit maksimal.
"Tidak kalah penting lagi, postingan pertama dilakukan serempak. Soliditas dibutuhkan dalam mempromosikan pariwisata. Sebab, semua muaranya memang untuk trending topic dan menjadi viral,” ujar Menpar Arief Yahya. (*)
Advertisement