Atasi Limbah Popok, Mahasiswa UB Buat Kantong Ecofriendly
Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yaitu Aurelia Shafa Wagmi, Arifah Ramadhani Azzah, Alifia Zahra, Sabrina Sekar Syalsabillah dan Sayyidati Nurmuthi’ah membuat kantong ecofriendly yang terbuat dari limbah singkong dan bakteri mealworm.
Penggunaan bioplastik tersebut diklaim dapat lebih cepat mendegradasi sampah rumah tangga dari bahan plastik, salah satunya yaitu limbah popok sekali pakai.
"Salah satu limbah rumah tangga yang sulit untuk diatasi adalah popok sekali pakai. Banyaknya popok bekas pakai yang dibuang ditambah dengan kebiasaan membungkus popok dengan plastik mengakibatkan panjangnya waktu degradasi menjadi dua kali lipat," ujar perwakilan tim, Nandagesta Aurelia pada Sabtu 11 September 2021.
Nanda mengatakan di Indonesia penggunaan popok bayi biasanya dimulai ketika anak berusia tiga sampai empat tahun. Dengan pemakaian popok bayi rata-rata tiga hingga enam buah per hari.
“Padahal, jumlah anak usia 0 hingga 4 tahun di Indonesia sekitar 24 juta. Hal ini mengakibatkan sampah popok bayi menempati urutan ketiga terbesar di tempat pembuangan akhir (TPA)," katanya.
Hal ini, kata Nanda, memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena zat polietilena (PE) yang ada di limbah popok bayi sulit terurai. Maka dari itu, untuk mempercepat proses degradasi PE tersebut, mereka membuat kantong tas dari limbah singkong dan bakteri mealworm.
“Mealworm telah terbukti mampu mendegradasi PE dan bertahan hidup hanya dari memakan PE. Hal ini tentunya membuka pintu baru untuk memecahkan masalah polusi plastik global," ujarnya.
Nanda mengatakan penelitian diharapkan bisa menjadi edukasi serta masukan bagi para pelaku industri di bidang plastik agar bisa berlaku ramah lingkungan.
"Dengan menggunakan bioplastik ini. Limbah popok yang seharusnya baru dapat terdegradasi selama 250 hingga 500 tahun akan dapat terdegradasi hanya dalam waktu dua bulan," katanya.