Atasi Kekeringan Anggarkan Rp 5,6 Milyar untuk Keruk Embung
Sepanjang musim kemarau petani di Kabupaten Lamongan banyak yang membiarkan sawah mereka bero (tidak ditanami). Kendala klasik tidak adanya irigasi menjadi alasan petani tidak menggarap sawah.
Fenomena tahunan ini direspon Pemkab Lamongan dengan akan memfungsikan kembali embung di pedesaan sebagai tandon air. Keberadaan embung bisa digunakan memanen air saat musim penghujan untuk memenuhi kebutuhan air dimusim kemarau.
Pemkab Lamongan tahun ini menyediakan anggaran sebesar Rp 5,6 miliar untuk mengeruk 36 embung desa di sejumlah kecamatan. Pengerukan ini diharapkan bisa meningkatkan kapasitas tandon air. Karena akan mengeruk sedimen hingga 135.460 meter kubik.
“Embung ini sangat penting artinya bagi menjaga keberlangsungan tersedianya air di saat musim kemarau. Di sisi lain, kami berharap masyarakat juga memelihara vegetasi di sekitar embung, sehingga bisa menjaga sumber mata air, “ ujar Kabag Humas dan Protokol Setdakab Lamongan Agus Hendrawan.
Di antara embung desa yang dikeruk adalah Mojosari, Sidomulyo dan Kedungsoko di Kecamatan Mantup. Kemudian embung di Dusun Kemendung Desa Jatirejo, Dusun Gabus Desa Wonokromo dan Dusun Balungtorong Desa Balongwangi di Kecamatan Tikung.
Selanjutnya embung desa Keyongan dan Datinawong di Kecamatan Babat. Sementara di Kecamatan Solokuro, embung desa yang dikeruk adalah Segelap di Desa Tebluru, Desa Sugihan, Desa Tenggulun, Desa Bluri dan Payaman. Embung selama ini dimanfaatkan untuk pengairan pertanian. Dari seluas 87.336 hektare lahan sawah di Lamongan, sebanyak 47.781 hektare menggunakan irigasi dan 39.555 hektare sisanya mengandalkan tadah hujan. Lamongan memiliki Waduk PU sebanyak 33 unit, dan rawa 11 unit. Selain itu ada 184 unit waduk desa.(tok)
Advertisement