Atap Gubuk Ambruk, Seorang Janda di Jember Butuh Bantuan
Seorang janda bernama Artinah, 50 tahun, warga Desa Kasiyan, Kecamatan Puger, Jember terluka tertimpa atap rumahnya, Senin, 17 Februari 2025 petang. Sampai saat ini, Artinah tinggal di rumah kerabatnya.
Sahabat Tagana Desa Kasiyan, Kecamatan Puger, Feyga Riko mengatakan hujan deras disertai angin kencang yang terjadi di Desa Kasiyan menyebabkan sejumlah warga waspada. Warga yang tinggal di rumah semi permanen dengan atap lapuk mengungsi ke rumah tetangga, termasuk Artinah.
Saat hujan deras, Artinah mengungsi ke rumah kerabatnya, tidak jauh dari rumahnya. Artinah mengungsi karena saat itu atap rumahnya yang mulai lapuk mengalami kebocoran.
Tak lama kemudian, yang dikhawatirkan Artinah benar-benar terjadi. Artinah menyaksikan rumahnya ambruk dalam sekejap.
Setelah merasa aman, Artinah bergegas masuk ke dalam rumah berdinding anyaman bambu itu. Artinah bergegas untuk menyelamatkan barang-barang berharga miliknya, termasuk ternak ayam.
"Saat ambruk nenek Artinah tidak ada di dalam rumahnya. Namun, setelah ambruk dia bergegas mendatangi rumahnya dan masuk untuk menyelamatkan barang-barangnya," katanya, dikonfirmasi Selasa, 18 Februari 2025.
Saat berada di dalam rumah, ternyata sebagian atap yang tidak terjatuh tiba-tiba terjatuh mengenai Artinah. Akibat kejadian itu, Artinah terluka ringan. Warga kemudian menolong dan membawa Artinah kembali ke rumah kerabatnya.
Pasca kejadian itu, Sahabat Tagana bersama Babinsa dan warga lainnya melakukan bakti sosial membersikan reruntuhan di rumah korban. Tagana juga memberikan bantuan sembako dan kasur lipat kepada korban, pada Selasa, 18 Februari 2025.
Tagana juga teleh berkoordinasi dengan Dinas Sosial agar segera memberikan bantuan untuk korban. Sebab, nenek Artinah tidak memiliki cukup kemampuan untuk membangun kembali atap rumahnya.
Rumah semi permanen itu awalnya dibangun dengan biaya bantuan pemerintah melalui program rumah tidak layak huni (RTLH) 15 tahun lalu. Bagian depan rumah itu dibangun menggunakan tembok permanen.
Namun, di bagian belakang tetap berdinding anyaman bambu. Kerangka atap juga terbuat dari bambu dan kayu. Kerangka atap yang sudah berusia 15 tahun itu sebagian lapuk dan paku-pakunya terlepas.
Lebih jauh Feyga mengatakan, sahabat tagana bersama babinsa berencana membangun kembali atap rumah korban secara gotong royong. Namun, rencana tersebut sampai saat ini belum dapat dilaksanakan karena terkendala material.
"Pembangunan kembali sudah kami canangkan, dikoordinatori oleh babinsa. Namun, sampai saat ini kami masih belum mendapatkan bantuan material seperti bambu, kayu, dan asbes. Kami berharap korban bisa segera mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, agar bisa kembali ke rumahnya," pungkasnya.
Advertisement