Asyura dan Tragedi Karbala, Renungan Tarikh Islam (1)
Setiap Muharram mengingatkan kita akan sejarah perjuangan dakwah. Bulan istimewa bagi penganut agama-agama samawi. Bagi Islam, merupakan momentum untuk menunaikan amalan sunnah yang dituntun Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (Saw).
Di dalam Muharram ada hari Asyura, yang momentumnya diperingati dengan meningkatkan amalan-amalan sunnah bagi umat Islam.
Guna memahami hal itu, KH Husein Muhammad, ulama yang aktivis sahabat Gus Dur, memberikan catatan menarik dihisasi dengan untaian kita-kata indah dari generasi sahabat hingga tabiin. Berikut bagian pertama:
“Hanya Engkau Yang Maha Indah
Dan seluruh semesta menuju-Mu”
(Ali Zain al-Abidin)
Asyura (Suro dalam bahasa Jawa) diambil dari kata “Asyara” yang secara literal berarti yang ke-10 (sepuluh). Asyura dalam perbincangan sosial keagamaan sebagai tanggal 10 atau hari ke-10. Dan karena dalam sistem kalender Islam Asyura masuk dalam bulan Muharram, maka terma “Asyura” berarti tanggal 10 Muharram. Kata ini (Muharram) berarti dihormati, atau diharamkan untuk berperang. Nabi menyebut salah satu empat bulan yang disebut Al- Quran sebagai bulan-bulan yang dihormati adalah Muharram.
Ada sejumlah peristiwa penting dalam sejarah umat manusia yang terjadi pada hari itu. Sejumlah informasi menyebutkan peristiwa-peristia besar itu, antara lain :
- Nabi Adam diciptakan dan bertobat sesudah melakukan kekeliruan memakan buah terlarang.
- Nabi Nuh, selamat dari gelombang banjir besar di Ur dan mendarat
- Nabi Ibrahim selamat dari pembakaran dirinya oleh raja Namrud
- Nabi Sulaiman menduduki kursi kerajaan besar
- Nabi Yusuf kembali bertemu dengan ayahnya; Nabi Ya’qub setelah dinyatakan saudara-saudaranya sudah mati dimakan binatang buas
- Raja Firaun dan para pengikutnya tenggelam di Laut Merah dalam pengejaran mereka terhadap Nabi Musa
- Nabi Musa diselamatkan dari pengejaran Firaun
- Nabi Yunus keluar dari perut Ikan paus
- Nabi Ayyub sembuh dari sakit panjangnya
- Nabi Isa dilahirkan dan diangkat ke langit
Sebuah hadits menyebutkan :
عن ابن عباس رضي الله عنهما "أَنَّ رَسُولَ اللَّه صلى الله عليه وسلم قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَه؟" فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِيهِ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ، فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّه صلى الله عليه وسلم :نَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ." فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَمَرَ بِصِيَامِه".(أخرجه مسلم باب صيام يوم عاشوراء)
“Ibnu Abbas, sahabat Nabi menceritakan bahwa manakala Nabi tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Asyura. Beliau bertanya : “kalian puasa apa?”. Mereka menjawab : “Ini hari besar, Nabi Musa selamat dari kejaran Firaun dan para pengikutnya, sementara Firaun sendiri tenggalam. Maka Nabi Musa bersyukur dengan berpuasa pada hari ini”. “Nah, kami tentu lebih layak dan patut untuk berpuasa daripada Nabi Musa dan kalian”.Nabi lalu berpuasa dan menganjurkan sahabat-sahabatnya berpuasa pula”.
Tetapi para sahabat Nabi mengatakan: “Duhai Nabi yang mulia, bukankah itu hari raya orang Yahudi dan Nasrani?. Nabi menjawab : “Oh, kalau begitu tahun depan kita tambah satu hari sebelumnya, tanggal 9 Muharram”.
Berpuasa dan Amalan Sunah Lain
Nabi Muhammad pada tanggal itu (9 dan 10 Muharram) selalu berpuasa. Beliau mengatakan:
عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما أنّه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: “إنّ عاشوراء يوم من أيّام الله، فمَن شاء صامه ومَن شاء تركه” رواه مسلم،
“Sesungguhnya hari Asyura termasuk hari yang dimuliakan Allah, barangsiapa suka berpuasa berpuasalah, siapa yang tidak ingin berpuasa, tidak apa-apa”.
وعن عائشةَ رضيَ اللهُ عنها قالت: “كان عاشوراءُ يومًا تَصومهُ قريش في الجاهلية، وكان النّبيُّ صلّى الله عليه وسلّم يصومه. فلمّا قدِمَ المدينةَ صَامَهُ وأمرَ بصيامه،” رواه البخاري. -
“Pada masa Jahiliyah kaum Quraisy berpuasa pada Asyura. Nabi dulu juga berpuasa pada hari itu. Ketika tiba di Madinah beliau berpuasa, dan menganjurkan pengikutnya berpuasa”. (H.R. Bukhari).
Nabi juga mengatakan : “Barangsiapa membagi kegembiraan bagi keluarganya pada hari Asyura, niscaya Allah akan melapangkannya sepanjang tahun”.
Sebagian kaum muslimin di Indonesia pada hari itu mentradisikan membuat makanan nasi atau bubur untuk dibagikan para tetangga dan fakir miskin. Mereka juga melaksanakan puasa sunnah dua hari, tanggal 10 dan 9 yang biasa disebut Tasu’a, mengikuti Nabi Saw. (Bersambung)