Asyiknya Murid SMP Al-Falah Jadi Dewan Sehari di DPRD Surabaya
Sekitar 100 anak pelajar SMP Al-Falah berkunjung ke Kantor DPRD Kota Surabaya. Dipimpin kepala sekolah, Ustadz Darmanto, beserta para guru.
Mereka mengunjungi rumah rakyat itu untuk mengenal lebih dekat aktivitas para legislator. Diajak melihat-lihat ruang rapat Komisi A, B, C dan D, tempat para anggota DPRD menangani pengaduan-pengaduan masyarakat. Serta bagaimana rasanya memimpin sidang rakyat di kantor itu.
Kemudian, para siswa SMP Al-Falah diajak ke ruang rapat paripurna. Rombongan diterima Ketua DPRD Kota Surabaya, Adi Sutarwijono.
“Selamat datang di Kantor DPRD. Ini adalah rumah rakyat Kota Surabaya. Siapapun boleh datang, termasuk anak-anak sekalian para pelajar SMP Al-Falah. Ini adalah ruang rapat paripurna tempat melangsungkan rapat untuk pengesahan suatu Peraturan Daerah dan APBD Kota Surabaya,” ujar Adi, yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan (PDIP) Kota Surabaya.
Dijelaskan Adi, tanggal 10 Nopember lalu bertepatan Hari Pahlawan, DPRD Kota Surabaya dan Walikota Eri Cahyadi menetapkan APBD tahun 2023.
“Nilai APBD kita tahun depan Rp 11,2 triliun, diantaranya untuk membiayai sektor pendidikan Rp 2,3 triliun,” kata Adi.
Ia juga menunjukkan tempat Ketua DPRD saat memimpin sidang, serta tempat duduk Wali Kota Eri Cahyadi. Juga tempat duduk pimpinan Dewan dan 46 anggot yang lain.
"Jumlah anggota DPRD Kota Surabaya 50 orang. Dipilih melalui Pemilu tahun 2019,” kata Adi.
Lingkup tugas pokok dan kewenangan DPRD Kota Surabaya sebagaimana yang diatur undang-undang juga turut dijelaskan oleh Adi.
“DPRD adalah mitra kerja wali kota selaku kepala daerah dan Pemkot Surabaya. Sinergi kedua pihak sangat penting untuk menetapkan peraturan daerah dan anggaran, serta menangani aspirasi dan kepentingan warga masyarakat,” ujarnya.
Awi sapaan akrab Adi Sutarwijono mengatakan, Hampir setiap hari selalu ada warga Kota Surabaya yang memasukkan pengaduan kepada DPRD atas masalah di masyarakat.
Para siswa SMP Al-Falah lantas diminta untuk maju ke depan dan duduk di meja pimpinan rapat. Mereka praktik memimpin rapat paripurna. Ada lima siswa yang berinisiatif maju ke depan.
Adi menjelaskan, palu sidang di meja pimpinan sebagai penanda keputusan rapat. Baik ketika pembukaan rapat, saat pengambilan keputusan, maupun penanda menutup rapat.
Siswa perempuan, Darien Mejida Oktavine Naira, duduk di kursi pemimpin sidang. Satu duduk di kursi yang biasa ditempati wali kota. Dan, tiga lainnya sebagai pendamping pimpinan rapat.
Mereka bisa merasakan suasana ketika memimpin rapat. “Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim dengan ini rapat saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum… dok!” ujar Darien mengetok palu 1 kali.
Palu diketokkan keras sembari pandangannya menatap ke teman-temannya yang duduk peserta rapat.
Dan, tepuk tangan pun bergemuruh, dari para guru dan seluruh siswa SMP Al-Falah yang hadir. Kemudian ia berganti posisi. Kini giliran rekannya, Adrian Bob Ardhana duduk di kursi tengah. Gantian sebagai pemimpin rapat.
Kali ini Adrian mempraktikkan cara mengambil keputusan dalam rapat paripurna. “Apakah saudara-saudara setuju?” kata Adrian. Dijawab serentak, “Setuju!” Lalu tangan Adrian meraih palu yang diketokkan kencang dua kali, “Dok, dok….!”
Tepuk tangan pun bergemuruh. Adi Sutarwijono sontak memberikan aplaus dan tertawa.
"Ketokan palu dua kali adalah menandai pengambilan keputusan. Dan, keputusan itu mengikat kepentingan seluruh warga Surabaya yang berpenduduk kurang lebih 3 juta orang,” kata Adi.
“Maka, berhati-hatilah mengambil keputusan, karena nasib kepentingan seluruh warga di tanganmu,” lanjut Adi.
Ustadzah Noviasari, salah seorang guru, menjelaskan para siswa SMP Al-Falah ini sedang mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan, dengan tema belajar tentang sistem demokrasi.
“Anak-anak senang mendapatkan kesempatan berkunjung dan belajar di DPRD Kota Surabaya. Apalagi waktu mengetok palu, yang dipukul keras,” ujar Ustadzah Novi dengan tersenyum.
Adi berharap, diantara pelajar SMP Al-Falah kelak ada yang menjadi politisi dan anggota DPR atau DPRD.
"Anak-anak sekalian adalah pemilik masa depan Indonesia. Dalam 15-20 tahun ke depan, kalian akan menerima tongkat estafet. Generasi kalian yang akan memimpin Indonesia atau Kota Surabaya di masa depan,” kata Adi menyemangati.
“Siapa tahu diantara kalian ada yang tertarik menjadi politisi, menjadi anggota DPR, anggota dan ketua DPRD, bupati, walikota, dan memimpin di semua sektor kehidupan,” pungkasnya.