Berkebun, Perlakukan Tanaman seperti Bayi hingga Ajak Bicara
Stres akibat tekanan pekerjaan bisa mengganggu produktivitas. Terutama ketika menjalankan rutinitas sehari-hari yang padat. Sehingga, penting mengendurkan urat saraf dan otot yang tegang. Hal ini agar badan tetap bugar, performa kian prima, dan muncul ide cemerlang.
Akhir pekan ini saat yang tepat untuk merelaksasikan pikiran. Salah satunya dengan berkebun. Pilihan mudah nan murah ini tengah menjadi tren. Ya, hobi merawat tanaman mulai naik pamor sejak pagebluk melanda.
Suprihatin, seorang akademisi kini melakoni hobi berkebunnya di pekarangan rumah. Perempuan yang akrab disapa Titin ini memanfaatkan lahan berukuran dua meter di depan rumahnya untuk ditanami berbagai tumbuhan.
Ada belasan tanaman yang menghiasi pekarangannya. Ada bunga sepatu dan rondo bolong. Ada pula tanaman untuk kesehatan, seperti bunga telang dan buah lemon.
Titin mengatakan, ketertarikannya bermula diajak suaminya menyiram rondo bolong. Saat itu tanaman tersebut begitu diburu penghobi. Karenanya harga sangat fantastis. Setelah mengamati proses tumbuhnya rondo bolong ia merasa terpikat.
"Saya mulai tertarik berkebun sejak Maret 2020. Waktu itu lihat suami nyiram ron (daun) do (pada) bolong (rondo bolong) dan saya ikut. Saya juga mengamati pertumbuhannya, kok asyik ya. Akhirnya ikutan," kata Titin.
Sejak saat itu ibu dua anak ini penasaran dengan tanaman yang lain. Ia kemudian menambah koleksi tumbuhan dengan membeli tanaman di penjual bunga keliling. Tanaman pertama yang dia beli adalah lemon dengan harga Rp60 ribu.
Mengetahui lemonnya tumbuh subur, Titin merasa tertantang menambah tanaman lagi dan lagi. Titin lantas memesan tanaman lewan online. Bahkan, Titin mengaku diberi bibit gratis oleh tetangganya.
"Saya beli apple mint di toko tanaman online. Ada alatnya juga. Terus suatu saat kepingin memelihara bunga telang, eh dikasih tetangga. Nggak nyangka banget," kata Titin.
Bukan tanpa alasan Titin terpesona keindahan bunga telang. Bunga berwarna lembayung itu mengandung segudang khasiat. Bunga yang disajikan sebagai teh itu dikonsumsi Youtuber terkenal dunia, Li Ziqi. Bunga telang juga diolah dan dijadikan minuman kesehatan pada saluran Asian Food Network.
Setiap harinya Titin menyiram tanamannya dua kali. Pagi pukul 05.00 WIB, sebelum berangkat kerja dan sore pukul 16.00 WIB, sepulang kerja.
Saat menyiram, perempuan kelahiran Gunung Kidul itu dibantu oleh kedua anaknya yang masih di bangku SMP kelas 8 dan SD kelas 2.
Bagi Titin merawat tanaman memberikan hal positif, khususnya mendistraksi tekanan dan pikiran negatif. Menurutnya, ada kepuasan tersendiri kala bisa menanam, memetik, dan memanennya. Yang tak kalah penting, Titin tak lupa mengajak bicara tanaman yang disiramnya.
"Saya merasa butuh jeda setelah penat mengerjakan tugas kantor dan mengecek skripsi. Merawat tanaman membuat pikiran negatif luruh. Saya merasa tanaman ada energinya. Ngajak ngobrol tanaman itu ada kepuasan tersendiri, meskipun mereka tidak merespon," kata Titin.
Menurut perempuan kelahiran 1973 itu, tanaman sama halnya diri sendiri yang juga butuh cinta dan kasih sayang. Titin membeberkan kisah unik saat bersama suaminya tinggal di Rungkut Asri.
Waktu di Rungkut Asri, depan kamarnya ada pohon jambu yang tak kunjung berbuah. Padahal pohon tersebut berusia tahunan. Akhirnya, setelah diajak mengobrol oleh suami Titin, jambu itu berbuah lebat. Titin bahkan bisa membagikannya ke para tetangga. Sejak saat itu pohon tersebut tak berhenti berbuah.
Dalam belajar merawat tanaman, Titin melakukannya secara otodidak. Titin mengikuti 10 lebih akun influencer yang ahli di bidang tersebut. Kala ditanya tantangannya, bagi Titin yang diuji adalah kesabarannya.
"Tantangannya pada tanaman yang tumbuhnya lama. Sempat sampai tanya ke diri sendiri kok nggak tumbuh tumbuh. Tapi pas tumbuh, exciting sekali. Kadang juga malas merawat tanaman yang ribet," kata Kepala Prodi STIKOSA-AWS itu.
Senada dengan Titin, Ahmad Asrori mengaku hal serupa. Pria kelahiran 1996 ini tertarik merawat tanaman semenjak pertengahan 2020. Pandemi yang mewajibkan masyakarat beraktivitas dari rumah membuat Asrori tercetus ide kembali ke hobi masa kecilnya.
Asrori yang kala itu merasa kehilangan jati diri mencoba menemukan ketenangan dengan berkebun. Sebagai pemula, Asrori lantas membeli tanaman tasbih seharga Rp 15 ribu.
"Waktu itu saya merasa semacam identity loss. Pas baca buku nemu kalau solusinya dengan melakukan hal yang disenangi saat kecil. Saya ingat dulu pernah menanam tanaman, akhirnya saya lalu mencobanya," kata Asrori.
Pria yang bekerja sebagai tutor di Kampung Inggris itu mengenang, dulunya saat SMP dia pernah merawat keladi. Keladi ini ditemukannya di kebun dekat rumah.
Namun, lantaran saat itu Asrori bersekolah di pondok pesantren yang jauh dari rumah, dia tidak diperbolehkan merawat keladi itu. Kedua orang tuanya khawatir tanaman tersebut tidak terurus.
Hobi merawat tanaman ini ditekuni Asrori lagi pada Maret 2020. Tepatnya sepulang Asrori dari Pare, Kampung Inggris. Pare yang menerbitkan perintah lockdown memaksa Asrori kembali pulang ke Semarang.
Tumbuhan tasbih yang dibelinya tadi dirawat Asrori hingga tumbuh subur. Asrori kemudian terpicu menambah jumlah tanamannya. Hingga sekarang, ada belasan lebih tanaman hias nan cantik menghiasi halaman rumah Asrori yang berukuran 1x2 meter.
Selain tanaman hias ada juga tanaman telang dan kelor. Kedua tanaman ini memenuhi kebun belakang rumahnya yang berukuran 3x4 meter.
“Rata-rata tanaman yang saya pilih untuk ditanam yang ‘sukulen’. Nyari yang nggak ribet merawatnya, sederhana dan nggak mudah mati. Telang sendiri kaya manfaat bisa dijadikan teh. Kelor juga bisa dimasak,” katanya.
Di sisi lain, untuk perawatan tumbuhannya itu Asrori belajar secara otodidak dengan berselancar di internet. Sedangkan tantangannya terkadang membuat pria lulusan UIN Malang itu tak sabar menyirami setiap hari. Mau tak mau putra pertama dari tiga bersaudara ini harus menahan diri.
Bagi Asrori merawat tanaman ini seperti merawat bayi. Setiap harinya dia menyiram pukul 07.00 WIB pagi. Saat menyiram, lulusan jurusan pendidikan Bahasa Arab itu pun tak lepas memandangi tanaman yang ada. Asrori juga mengajaknya berinteraksi.
“Seneng aja mandangi terus. Megang daunnya, enak bertekstur gitu. Ngajak omong juga biar deket, dia kan kayak bayi. Waktu nyiram sambil ngomong ya allah gemesnya anakku. Seneng anakku sudah tumbuh besar,” kata Asrori sembari tertawa.
Hobi merawat tanaman ini diteruskan Asrori saat kembali ke Pare-Kediri pada Februari 2021. Asrori memboyong tujuh lebih Anggrek hutan dan genus Hoya. Menurut Asrori bunga Hoya begitu spesial karena berbentuk seperti bintang saat mekar. Tak hanya itu, warnanya yang cantik begitu mempesona. Hoya semakin sempurna keindahannya didukung aromanya yang harum.
Ke depannya Asrori berencana menjadikan hobinya ini sebagai ladang penghasilan. “Merawat tanaman ini seperti ada accomplishment-nya gitu. Semoga untuk jangka panjang bisa dibuat untuk kepentingan komersil,” katanya.