Asyik, Wisata Gamelan dan Nyebur Sawah di Desa Wisata Jogja
Jogja: Pesona Desa Wisata di Jogjakarta tak pernah pudar. Sejumlah atraksi yang bisa ditemui di desa-desa wisata selalu menarik wisatawan. Mulai dari belajar gamelan, belajar tari, membatik, membuat topeng maupun nyebur ke sawah. Semua aktivitas seperti itu bisa dilakukan di desa wisata.
Seperti yang terlihat awal pekan ini. Sebanyak 39 siswa dari Highfield Secondary School, Jakarta yang mengunjungi Desa Wisata Tembi tampak menikmati apa yang ada di tempat tersebut. Apalagi saat nyebur ke sawah dan hujan deras pun mengguyur lokasi. Mereka begitu asyik. Namun, karena petir yang menyambar-nyambar, mereka terpaksa harus menepi.
Hujan yang deras tidak mengurangi keasyikan untuk berkegiatan lain di Desa Wisata Tembi. Para pelajar itu pun asyik bermain gamelan. Masing-masing memilih gamelan yang bisa ditabuh. Ada yang memilih bonang, kempul, gong ataupun kendang dan lainnya. Dengan didampingi pemandu, mereka diarahkan untuk memainkan alat kesenian tradisional Jawa tersebut.
Selain mendapat arahan pemandu, para pelajar tersebut juga dapat melihat panduan di kertas yang diletakkan di hadapan mereka. Panduan tersebut bisa dijadikan penuntun dalam memukul alat musik yang mereka hadapi. Kendati awalnya terdengar klontang, klonteng tanpa irama, lama kelamaan harmoni suara bisa didapat. “Asyik sekali bisa bermain gamelan,” ungkap Raihan, salah satu siswa Highfield.
Raihan mengaku sangat excited bisa belajar seni tradisional. Dia pun ingin budaya seperti gamelan ini tetap harus dilestarikan agar tidak punah. Juga budaya-budaya lainnya. “Sangat menarik belajar budaya di kota Jogja,” tambahnya.
Para pelajar dari Jakarta ini didampingi sejumlah guru. Tak hanya belajar gamelan, para siswa juga belajar membatik. Mereka dipandu bagaimana cara memegang kain yang akan dibatik, bagaimana memegang canting (alat pembatik) serta bagaimana menorehkan malam (lilin batik) di atas kain. Sebelumnya, mereka diajari bagaimana membuat pola batik di atas kain dengan pensil. Pola inilah yang kemudian diikuti dengan torehan canting.
Di Jogja, mereka tidak hanya mengunjungi Desa Wisata Tembi. Homestay Tembi pernah meraih ASEAN Homestay Award 2016 dalam ASEAN Tourism Forum di Filipina. Para siswa juga mengunjungi keraton, pusat kerajinan perak, Museum Gunung Merapi, Prambanan dan Borobudur. Saat di Kraton mereka sangat antusias menanyakan mengenai sejarah Kraton dan mengenai budaya yang ada di keraton.
Selain berwisata, para guru juga mengajak para siswa melakukan kegiatan aksi sosial di sebuah panti asuhan guna meningkatkan kepekaan mereka akan jiwa sosial dan kepedulian terhadap sesama.
Desa Wisata Tembi, atau familiar dengan sebutan “Dewi Tembi” adalah sebuah lokasi wisata berbasis pedesaan yang terletak di Jl. Parangtritis kilometer 8.5, Sewon, Bantul – Yogyakarta.
Dengan hanya berjarak tempuh sekitar 15 menit dari Malioboro dan pusat kota Yogyakarta, lokasi Dusun Tembi tidaklah terlalu sulit untuk dicapai. Juga karena akses jalan Parangtritis yang cukup mudah – Anda hanya perlu mencari plang bertuliskan “TEMBI” apabila akan melintas pada kilometer 8.5.
Dewi Tembi juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan pelayanan seperti Front Office, Homestay, dan juga areal yang relatif luas sehingga Anda bisa bermain, berwisata, namun juga belajar sekaligus bersosialisasi bersama warga Tembi yang siap menerima Anda dengan ramah.
Keberadaan Tembi sebagai sebuah desa wisata pada awalnya adalah sebuah gagasan unik dari menteri kebudayaan Indonesia, yang melihat potensi yang dimiliki Tembi sebagai sebuah desa kerajinan dan desa homestay. Tembi dengan jumlah penduduk sekitar seribu jiwa, mempunyai rumah homestay yang siap huni sebanyak 38 rumah.
Dalam rumah-rumah homestay itu, para pelancong/wisatawan dapat menikmati beberapa fasilitas standar kamar khas pedesaan, yang sekiranya mempunyai daya tarik yang lain daripada rumah homestay pada umumnya. Dengan begitu, wisatawan dapat mengalami pengalaman wisata yang berbeda yaitu wisata pedesaan.
Menpar Arief Yahya memang sedang getol-getolnya mendorong homestay desa wisata. Itu sebagai salah satu prioritas utama, dari tiga besar Go Digital, Homestay Desa Wisata dan Aksesibilitas Udara. "Bahkan sekarang, homestay dan desa wisaya yang ada di digitalisasi dengan ITX, Indonesia Tourism Xchange, agar memperoleh akses ke pasar global," kata Arief Yahya.
Karena itu, jika mendengar dan melihat desa wisata dan homestaynya hidup dan berkembang, itu sangat menyenangkan hatinya. "Pak Presiden Jokowi menyebut itu ekonomi gotong royong. Saya memberi istilah sharing economi, agar masyarakat juga mendapatkan akses ke pasar dunia," kata Arief. (*)