Astaga! Bisnis Tes Biaya PCR dari Rp2,5 Juta Menjadi Rp300 Ribu
Aturan yang mensyaratkan penumpang pesawat untuk wajib tes PCR menjadi salah satu bahan kegaduhan beberapa hari terakhir. Aturan ini dinilai tidak adil, karena hanya berlaku untuk penumpang pesawat, dan tidak untuk moda transportasi lainnya, seperti bus dan kereta.
Selain dinilai tidak adil, harga tes PCR juga dinilai masih kemahalan yakni antara Rp 495 ribu untuk Jawa Bali dan Rp 525 ribu untuk luar Jawa Bali. Dengan harga segitu, artinya sama saja penumpang pesawat seperti beli tiket tambahan.
Karena itulah, banyak yang menduga dan berwasangka bahwa aturan wajib tes PCR ini hanyalah permainan segelintir orang atau kelompok yang ingin menangguk untung sebanyak mungkin di masa pandemi Covid-19.
Bahkan di awal pandemi biaya PCR di Indonesia mencapai Rp2,5 juta.
Aturan terbaru terkait wajib menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 menggunakan Polymerase Chain Reaction atau PCR 2x24 jam bagi perjalanan menggunakan penerbangan pesawat, masih menuai banyak kritikan. Hal ini lantaran biaya tes PCR terbilang mahal, dan waktu berlakunya yang terbilang singkat.
Menanggapi kritikan terhadap aturan tersebut, Presiden Jokowi meminta harga tes PCR supaya diturunkan menjadi Rp 300 ribu dan berlaku selama 3x24 jam.
Permintaan Jokowi ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangan pers seusai rapat terbatas bersama Presiden Jokowi yang membahas Evaluasi PPKM, Senin, 25 Oktober 2021.
Biaya PCR di Indonesia tertinggi pernah mencapai Rp2,5 juta. Setelah mendapat banyak kritikan,
Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP kemudian menetapkan harga batas atas Rp 900.000
Presiden Jokowi pada Minggu, 15 Agustus 2021, menurunkan lagi harga tes PCR di kisaran Rp 450 ribu hingga Rp 550 ribu.
Sekarang menjadi Rp300 ribu. Dan itupun masih dinilai mahal bila dibandingkan dengan India yang cuma Rp90 ribu.
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan syarat PCR itu juga akan diberlakukan untuk moda transportasi yang lain, kereta api dan bus, setidaknya menjelang lebaran libur Natal dan tahun baru. Ini artinya biaya PCR lebih mahal dari ongkos busnya.
Beraromo Bisnis
Biaya tes PCR yang dinilai memiliki selisih jauh lebih murah dibanding sebelumnya memunculkan pertanyaan dan polemik publik.
Isu ini semakin santer dibicarakan lantaran sejumlah aktivis maupun tokoh politik beramai-ramai ikut melayangkan tanggapan pribadi di media sosial.
Di tengah keriuhan soal tes PCR yang turun harga jadi Rp300.000, salah satu lulusan Magister Kesehatan (Public Health), Roy Suryo juga ikut bicaram
"Banyak yang konfirmasi, Selaku Lulusan S2 Magister Kesehatan (Public Health) UGM, kenapa saya tdk banyak comment Harga Tes PCR?," kata Roy Suryo Kamis 28 Oktober 2021.
Kata Roy Suryo, bukan tak mau berpendapat, tidak ada lagi yang harus dikomentari dari kontroversi turunnya harga tes PCR ini.
Hemat Roy Suryo, dengan adanya penurunan harga yang cukup signifikan menandakan adanya dugaan 'permainan bisnis' di tengah pandemi Covid-19.
" Itu jelas bisnis "Tes Tes" apanya yang mau dikomentari lagi. Ada Rapit Tes, Tes Antigen dan Tes PCR. Sedang GeNose karya anak bangsa yang murah meriah malah dihilangkan," kata mantan Menteri Olah Raga tetsebut.
Kendati demikian, Roy Suryo menilai penurunan harga tes PCR adalah hal yang baik mengingat sebelumnya warga sempat terbebani dengan tarif yang fantastis.
"Baguslah ada instruksi diturunkan (Harganya, bukan orangnya)," ujar mantan Menpora itu sambil tertawa ngakak.
Advertisement