Asosiasi Bank Benih Teknologi Tani Indonesia: Harga Beras Wajar
Harga beras saat ini mengalami kenaikan, ditingkat produksi. Di sisi lain, harga gabah petani juga mengalami kenaikan. Konsumen menjerit. Tetapi saat ini, petani merasakan keuntungan.
“Berharap pemerintah tidak intervensi secara berlebihan terkait kenaikan harga gabah saat ini, agar produksi gabah ke depannya bisa naik," jelas Dwi Andreas Santosa selaku Pengamat Pangan dari IPB (Institute Pertanian Bogor) sekaligus Ketua AB2TI (Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia) kepada Ngopibareng.id di Desa Wonodadi, Kabupaten Blitar, Minggu 1 Oktober 2023.
Di sela-sela Safari AB2TI bersama para petani dari Blitar dan sekitarnya, Andreas menilai bahwa harga beras saat ini merupakan wajar. "Selama tiga tahun terakhir petani telah merugi, ini yang harus dipahami oleh konsumen," harapnya.
Andreas menambahkan, sebelumny petani merugi karena biaya produksi jauh melampaui harga beras yang ada di konsumen. "Kalau sekarang harga baik merupakan harga yang wajar bagi petani," ucapnya.
Andreas lantas merinci, penurunan produksi gabah di tingkat petani hingga mengalami kerugian ditandai dengan situasi harga beras mulai Juli 2022 hingga Agustus 2023.
Menurut Andreas, kenaikan harga beras ditingkat konsumen 15,5 persen, tetapi kenaikan harga GKP (gabah kering panen) ditingkat petani naiknya 31,1 persen, harga beras ditingkat petani naiknya 29,6 persen.
"Jadi tidak perlu dikhawatirkan, harga beras ditingkat konsumen. Apakah itu merugikan atau menguntungkan petani, itu amat sangat menguntungkan. Harga yang terbentuk saat ini merupakan harga yang baik untuk petani," tegasnya.
Selanjutnya, dijelaskan oleh Andreas, pada 2019 harga beras turun 7,7 persen. Tahun 2020 terjadi kenaikan harga tetapi sangat kecil hanya 0,09 persen. Tahun 2021 terjadi penurunan harga 0,042 persen. Tahun 2022 naik 0,064 persen.
"Karena produksi gabah empat tahun terakhir menurun terus, sehingga stok pangan nasional memuncak pada akhir tahun 2022 lalu, yang menyebabkan harga beas merangkak naik," jelas Andreas.
Kenaikan harga beras saat ini, menurut Andreas, disebabkan oleh faktor pengelolaan produksi dan stok nasional. Selain itu, adanya faktor alam El Nino menyebabkan produksi padi menurun sekitar 5 persen untuk tahun ini.
"Sementara harga gabah ditingkat petani akan mengalami penurunan sedikit pada saat panen raya, merupakan siklus tahunan biasa," sambung Andreas.
Ia pun berharap pemerintah tidak terlalu intervensi secara berlebihan terkait kenaikan harga gabah.
"Kalau pemerintah berhasil mempertahankan harga gabah yang saat ini mengalami kenaikan, maka produksi gabah mengalami akan kenaikan," tandasnya.
Andreas merasa optimis akan kenaikan produksi gabah, karena petani sekarang lebih bersemangat untuk menanam padi.
"Kalau pemerintah menginginkan adanya kenaikan produksi sangat gampang, yaitu bagaimana usaha petani bisa menguntungkan petani," ujar dia.
"Petani tidak menuntut untung secara berlebihan, okelah sekarang harga gabah sudah di atas Rp 7.000, sementara buat produksi Rp 5.600 per kilogram," imbuhnya.
Andreas meminta kepada pemerintah harus menjaga dan mengatur dengan cermat, terkait impor beras, dan intervensi pasar harus diatur.
AB2TI telah memberi masukan kepada pemerintah untuk mengalihkan subsidi pupuk menjadi bantuan langsung.
“Kami mengusulkan dua mekanisme yaitu pemberian uang pada awal tanam sebagai modal, dan subsidi produksi yang saya sebut sebagai after soul diamond dalam artian setiap petani selesai produksi, pemerintah memberikan tambahan," pungkasnya.