ASLI Keberatan Pengalihan Lintas Ketapang-Lembar ke Jangkar
Asosiasi Sopir Logistik Indonesia (ASLI) merasa keberatan dengan rencana pengalihan penyeberangan long distance ferry (LDF) lintas Ketapang-Lembar ke Jangkar-Lembar. Kebijakn ini disebut akan menimbulkan permasalahan baru. ASLI meminta tetap ada kapal yang melayani LDF dari Pelabuhan Ketapang.
Ketua ASLI, Slamet Barokah menyatakan, para sopir kendaraan logistik sangat keberatan jika seluruh kapal LDF lintas Ketapang-Lembar dialihkan ke Jangkar. Menurutnya, kalau untuk antisipasi kemacetan, seharusnya separuh jumlah kapal saja yang dialihkan.
"Yang di sini (Ketapang) tetap harus ada yang melayani Ketapang-Lembar," tandasnya, Sabtu, 9 Desember 2023.
Slamet Barokah menegaskan, tidak semua kendaraan dari arah dari utara. Tak sedikit truk yang datang dari jalur arah selatan. Dia mencontohkan, selain kendaraan logistik yang memang berasal dari Lumajang, Jember atau Banyuwangi selatan, kadang ada sopir yang dari Jakarta ingin pulang ke rumahnya lebih dulu.
"Rumahnya ada yang di Jember, Lumajang, Genteng. Masa dari selatan harus ke Jangkar," jelasnya.
Slamet Barokah juga khawatir kalau arus kendaraan dari selatan harus ke Pelabuhan Jangkar justru menimbulkan kemacetan di titik-titik macet. Dikhawatirkan juga timbul masalah baru. Sopir kendaraan dari selatan juga harus mengeluarkan biaya tambahan jika harus ke Jangkar. Baik itu biaya untuk solar dan juga waktu tempuh.
Tidak hanya itu, sepengetahuan Slamet Barokah, selama ini untuk menuju Pelabuhan Jangkar ini jalannya belum memenuhi syarat untuk armada fuso yang tinggi-tinggi muatannya itu. Pada awal Jangkar membuka lintasan ke Lembar, akses jalan belum 100 persen memenuhi syarat.
Dari sisi lebarnya, akses jalan ke Pelabuhan Jangkar sudah memenuhi syarat. Jalannya cukup lebar. Akan tetapi di kanan kiri jalan ada pohon mangga dan kabel yang rendah. Hal ini menurutnya cukup mengganggu. Karena truk fuso perlu akaes yang leluasa.
"Ketika kena pohon nanti menimbulkan masalah. Masyarakat di sana kira-kira kalau pohon mangganya kena serempet mobil kita bisa terima apa enggak?," bebernya.
Kalau dari sisi infrastruktur, menurut Slamet Barokah, Pelabuhan Jangkar itu kecil. Truk fuso kurang leluasa untuk melintas. Tidak hanya itu parkirnya juga kecil. Kalau di Pelabuhan Ketapang ada kantong parkir tersendiri dan sudah tertata rapi.
"Tapi kalau di sana belum. Memang ada parkiran tapi kami masih bimbang muatan kendaraan berat kira-kira ada masalah baru lagi apa tidak," ungkapnya.
Slamet Barokah kembali menegaskan, kanan kiri yakni di sisi Pelabuhan Ketapang dan Jangkar tetap harus ada yang melayani penyeberangan ke Pelabuhan Lembar. Sehingga ada alternatif bagi kendaraan yang dari utara maupun dari selatan.
"Itu kalau mau mengantisipasi arus lalu lintas pada Nataru. Saya yakin akan menimbulkan masalah baru lagi kalau di sini di kosongi," tegasnya.
Atas nama ASLI, Slamet Barokah berharap ada dua atau tiga kapal yang tetap melayani lintas Ketapang-Lembar. Ini sebagai langkah antisipasi kendaraan yang dari arah selatan agar tidak perlu jauh-jauh ke Pelabuhan Jangkar.
Mengenai penggunaan Kapal di Pelabuhan Tanjungwangi ke Pelabuhan Gilimas, menurutnya itu memang bisa menjadi alternatif. Namun dia menegaskan, kapal di Pelabuhan Tanjugwangi tidak akan bisa menampung jika semua kendaraan dari selatan beralih ke sana.
'Bisa jadi alternatif, tapi gak menampung, pasti kekurangan kalau semua larinya ke sana," ujarnya.
Seperti diberitakan Ngopibareng.id sebelumnya, penyeberangan lintas Ketapang-Lembar ditutup mulai Jumat, 15 Desember 2023. LDF menuju Pelabuhan Lembar, Lombok Barat akan dialihkan ke Pelabuhan Jangkar. Pengalihan ini rencananya akan diberlakukan selama sebulan penuh hingga 15 Januari 2024.
Advertisement