Ashraf Ghani, Pejuang yang Lelah Kabur dari Negeri Sendiri
Mantan presiden Afghanistan Ashraf Ghani mempunyai citra buruk karena melarikan diri dari negerinya. Sepanjang tahun 2021, ia menjadi figur yang bikin penasaran publik dunia.
Ashraf Ghani secara terbuka kini menceritakan upaya melarikan dirinya dari pawai kemenangan Taliban di Kabul. Ghani mengklaim keputusan itu diambil dalam beberapa menit. Dia bahkan tidak tahu bahwa dia akan meninggalkan Afghanistan.
Ghani mengatakan kepada program Radio 4 BBC, bahwa pada pagi hari tanggal 15 Agustus 2021, hari ketika Taliban menguasai ibu kota, pemerintahannya sendiri pun akhirnya runtuh.
Ghani "tidak memiliki firasat" bahwa itu akan menjadi hari terakhirnya di Afghanistan. "Jika saya mengambil sikap, mereka semua akan dibunuh, dan mereka tidak mampu membela saya," kata Ghani dalam wawancara yang dilakukan mantan kepala staf pertahanan Inggris, Jenderal Nick Carter.
Penasihat keamanan nasionalnya, Hamdullah Mohib, "benar-benar ketakutan," kata Ghani. "Dia tidak memberi saya lebih dari dua menit (untuk berpikir)," ujarnya.
Dia mengatakan instruksi awalnya adalah terbang dengan helikopter ke tenggara kota Khost.
Tapi Khost telah jatuh dalam serangan kilat Taliban. Kota timur Jalalabad, di perbatasan dengan Pakistan, juga jatuh, katanya. "Saya tidak tahu ke mana kami akan pergi," kata Ghani.
"Hanya ketika kami lepas landas, menjadi jelas bahwa kami akan pergi." Ghani pun berada di Uni Emirat Arab sejak saat itu.
Dia telah dikritik habis-habisan di Afghanistan karena kabur Saat itu, warga Afghanistan terjebak di bawah aturan keras Taliban. Warga bahkan menuduhnya sengaja meninggalkan negara dan menerima uang jutaan dollar. Klaim ini dengan tegas dibantah Ghani.
Mantan pejabat Bank Dunia itu telah mengeluarkan beberapa pernyataan sebelumnya tentang kepergiannya. Dia mengakui bahwa ia berhutang penjelasan kepada rakyat Afghanistan.
Pada Kamis 30 Desember 2021 adalah wawancara pertamanya. Dia mengatakan lagi bahwa perhatian pertamanya adalah untuk mencegah pertempuran jalanan yang brutal di ibu kota, yang sudah dipenuhi puluhan ribu pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan di tempat lain di negara itu. Dan dia mengatakan keputusannya untuk pergi adalah "hal tersulit". "Saya harus mengorbankan diri untuk menyelamatkan Kabul dan mengungkap situasi apa adanya: kudeta dengan kekerasan, bukan kesepakatan politik," katanya.
Bahkan jika dia tetap tinggal, dia tidak dapat mengubah rezim baru Taliban.
Figur Pejuang yang Tak Lelah
Hanya selang beberapa jam setelah Taliban memerintahkan anggotanya untuk mengepung ibu kota Kabul, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dilaporkan meninggalkan negaranya.
Mohammad Ashraf Ghani Ahmadzai lahir pada 19 Mei 1949. Kariernya membentang luas, hingga dikenal sebagai seorang politikus, akademisi, dan ekonom Afghanistan.
Pada 2014, dirinya akhirnya menjabat sebagai Presiden Afghanistan, dan terpilih kembali pada pemilihan presiden 28 September 2019.
Sebelum kembali ke Afghanistan pada 2002, Ghani dikenal sebagai seorang profesor antropologi di berbagai institusi, termasuk Universitas Johns Hopkins. Dia kemudian mulai bekerja dengan Bank Dunia dan menjadi Menteri Keuangan Afghanistan antara Juli 2002 dan Desember 2004.
Ghani memimpin upaya pemulihan ekonomi Afghanistan setelah runtuhnya pemerintahan Taliban. Pada tahun 2005, dua memberikan ceramah di TED, membahas bagaimana membangun kembali negara yang rusak seperti Afghanistan.
Pada tahun 2013, Ghani menduduki peringkat ke-50 dalam jajak pendapat online "100 Intelektual Top Dunia" yang dilakukan majalah Foreign Policy dan Prospect.
Sebagai seorang politisi independen, Ghani berada di urutan keempat dalam pemilihan presiden 2009. Pada putaran pertama pemilihan presiden 2014, Ghani mendapatkan 35 persen suara, kedua setelah Abdullah yang mendapatkan 45 persen suara. Namun, pada putaran kedua, Ghani memperoleh sekitar 55,3 persen suara sementara Abdullah memperoleh sekitar 44,7 persen suara yang diberikan.
Akibatnya, kekacauan pun terjadi dan AS turun tangan untuk membentuk pemerintahan persatuan. Ghani terpilih kembali ketika hasil akhir pemilihan presiden 2019 diumumkan setelah penundaan yang lama pada 18 Februari 2020. Dia dilantik sebagai presiden untuk masa jabatan lima tahun kedua pada 9 Maret 2020.
Ghani, yang berasal dari suku Ahmadzai Pashtun ini, pada masa mudanya dikenal sebagai siswa pertukaran pelajar di Lake Oswego High School di Lake Oswego, Oregon dan lulus tahun 1967.
Ghani lantas berkuliah di American University di Beirut di mana sia memperoleh gelar sarjana pada tahun 1973, dan lanjut studi di Universitas Columbia, tempat ia memperoleh gelar master pada 1977, dan gelar PhD pada 1983.
Pengalaman panjang ditambah pendidikan yang matang itulah yang membuat Ghani disegani.
Selama masa jabatannya, Ghani telah memperkuat hubungan dengan negara-negara Asia Tengah seperti Uzbekistan, dan telah membuat kesepakatan untuk meningkatkan perdagangan timbal balik. Rute perdagangan baru juga telah diluncurkan di wilayah yang lebih luas.
The Chabahar Pelabuhan di Iran memungkinkan peningkatan perdagangan dengan India sekaligus menghindari wilayah Pakistan. Jalur kereta api dari Khaf di Iran ke Herat di Afghanistan dibuka pada akhir 2018.
Menggerakkan Transpostasi
Pada tahun 2017, jalur kereta api dari Turkmenistan diperpanjang ke Aqinadi Afghanistan, pendahulu dari koridor transportasi "Lapis Lazuli" yang ditandatangani Ghani pada tahun yang sama. Ini menghubungkan Afghanistan dengan Kaukasus dan Laut Hitam.
Ghani dikenal punya sikap sendiri tentang Taliban. Dalam sebuah wawancara dengan Vice News, Ghani mengatakan bahwa "hatinya hancur untuk Taliban". Dia lebih lanjut menyatakan bahwa Taliban adalah orang Afghanistan dan dia adalah presiden dari semua orang Afghanistan.
Ghani pun mengatakan bahwa dia bersedia menawarkan paspor Afghanistan kepada Taliban dan mengakui mereka sebagai kelompok politik yang sah di Afghanistan. Ini sebagai upaya untuk mencapai kesepakatan damai dengan mereka.
Pada Maret 2021, dalam upaya untuk memajukan pembicaraan damai, Ghani semakin menyatakan niatnya. Dia meyakinkan Taliban untuk mengadakan pemilihan baru dan memungkinkan pembentukan pemerintahan baru melalui proses demokrasi.