Asbabul Wurud Debat Kusir, Anekdot Hadji Agus Salim
"Debat kusir", konon dicetuskan Agus Salim berdasarkan pengalamannya saat berdebat dengan kusir delman. Istilah ini ada asbabul wurud, yang melatarbelakanginya.
Istilah debat kusir mulai populer ketika tokoh sejarah nasional itu bercerita kepada khalayak tentang apa yang dialaminya sepulang dari kantor.
Hadji Agus Salim, salah seoranbg di antara Pahlawan Nasional, intelektual Muslim legendaris. Dikenal sebagai jurnalis dan diplomat ulung. Ia menguasai setidaknya tujuh bahasa asing. Pada awal pembentukan dasar
negara Indonesia ia menjadi anggota Panitia Sembilan, yang menghasilkan teks Preambule Undang-Undang Dasar 1945. Pada masa
pemerintahan Sutan Sjahrir hingga Hatta, Agus Salim didapuk di kementerian luar negeri, mulai dari menjadi menteri muda hingga akhirnya menjadi penasihat menteri.
Ketika itu, parlemen memanas akibat adu argumen yang tiada habisnya antaranggota parlemen. H Agus Salim mengingatkan agar para hadirin tidak berdebat kusir. Debat kusir tidak akan ada habisnya. Orang-orang terdiam
mendengar istilah debat kusir yang dilontarkan H Agus Salim.
“Begini ceritanya. Suatu saat saya pulang kantor naik delman, saat itulah saya tak bisa mengalahkan lawan debat saya untuk pertama kalinya. Bukan di PBB saya kalah bicara tapi di atas delman dan hanya berhadapan dengan seorang kusir-lah saya justru tak bisa memenangkan perdebatan saya. Saya sebut peristiwa itu sebagai debat kusir.”
“Anda semua jangan mengikuti jejak saya untuk debat kusir, debat tanpa tujuan akhir, hanya ingin membuktikan bahwa kita berada di pihak yang benar, tanpa pemecahan masalah sama sekali.”
“Saat itu,” kenang Agus Salim, “kami sama-sama memandangi pantat kuda yang menarik delman kami.”
“Tiba-tiba kudanya kentut. Saya katakan pada pak kusir, ‘Ini kudanya masuk angin Pak!’”
“Kusirnya bilang, ‘Bukan Pak, kuda saya keluar angin!’”
“Iya, dia kentut, keluar angin. Tapi itu artinya dia masuk angin!”
“Tapi Pak, itu artinya dia keluar angin. Bukan masuk angin!”
“Coba diperiksakan, Pak! Kuda Bapak sakit itu, masuk angin!”
“Sudah diobati, Pak. Makanya dia sudah bisa keluar angin!”
“Begitulah, debat kusir itu hanya selesai saat saya sudah sampai depan rumah. Apabila kami bertemu lagi mungkin kami masih akan memperdebatkan kentut kuda itu.”
“Hadirin sekalian, mari kita tinggalkan debat kusir, mari kita cari pemecahan masalah ini bersama-sama demi persatuan dan kesatuan bangsa.”
Begitulah, konon peristiwa ini sangat terkenal.
Catatan:
Bagi yang lahir sebelum tahun 1940an, tentu akan mengenal asal muasal istilah debat kusir yang dicetuskan H Agus Salim.