Asal-usul Tradisi Silaturahmi saat Lebaran
1 Syawal menjadi puncak hari kemenangan setelah umat Muslim berpuasa sebulan penuh. Setelah salat Id di masjid juga tanah lapang, umat Muslim di Jawa sering melanjutkan dengan silaturahmi hingg lebaran ketupat tiba.
Nyekar atau Berkunjung ke Makam Kerabat
Setelah salat Id umummnya warga Muslim akan mampir ke makam orang tua atau kerabat dekat yang sudah mendahului. Setibanya di makam, ahli waris akan memanjatkan doa, membersihkan makam, atau membawa bunga untuk ditaburkan di makam.
Menurut Andre Moller dalam Ramadan in Java: The Joy and Jihad of Ritual Fasting (2007), laki-laki pergi bersama perempuan mengunjungi kuburan pada hari Idul Fitri berdasarkan niat untuk dimaafkan anggota keluarga yang telah tiada.
Kebiasaan meminta maaf kepada handai-taulan dengan demikian tidaklah terbatas kepada yang masih hidup, dikutip dari faktualnews.co.
Silaturahmi ke Sanak Saudara dan Rekan
Usai melakukan nyekar, Muslim di Jawa umumnya melanjutkan kegiatan lebaran dengan bersilatuhrahmi, halalbihalal mengunjungi kerabat terutama dari yang muda berkunjung ke kerabat yang lebih tua.
Upaya ini sejalan dengan silaturahmi berasal dari dua kata dari bahasa Arab, yaitu silah dan rahiim, dan pada umumnya dialihbahasakan sebagai “tali persaudaraan”.
Muslim di Jawa menggunakan momen lebaran atau Hari Raya Idul Fitri untuk menyambung persaudaraan, dengan berkunjung ke sanak kerabat yang umumnya tidak dijumpai di keseharian. Upaya ini juga dilakukan agar tidak kepaten obor, atau putus tali persaudaraan karena generasi muda tak kenal dengan saudara dari orang tua mereka.
Saling Berkunjung dan Meminta Maaf
Selain menyambung tali silaturahmi, Muslim juga menggunakan Ramadhan untuk meminta maaf kepada handai taulan. Sebab pada Ramadhan, tidak hanya kemaafan ilahi, kemaafan duniawi juga penting.
Tradisi meminta maaf atau sungkem di keluarga Jawa sering kali menguras emosi. Tak jarang umat Muslim akan meneteskan air mata atau tersedu-sedu saat sungkem kepada orang tua atau kerabat yang lebih tua.
Silaturahmi Virtual
Selama dua tahun terakhir, lebaran berlangsung di tengah pandemi. Silaturahmi dengan berkunjung ke satu rumah ke rumah yang lain, dengan menghabiskan banyak waktu di jalan, mulai berubah. Anjuran pemerintah untuk menekan penyebaran Covid-19 dan di rumah saja, membuat silaturahmi berlangsung dengan cara berbeda.
Tak ada jabat tangan dan sungkem, silaturahmi dilakukan secara virtual, menelepon atau video call pun bisa dilakukan untuk menyambung kekerabatan serta meminta maaf, terpenting niat baiik tak berakhir buruk lantaran turut menyebar virus.
Advertisement