Asal-usul Barikan di Jawa Timur, Doa Bersama di Malam 17 Agustus
Sejumlah kampung di Jawa Timur lazim mengadakan Barikan, doa bersama di malam 17 Agustus. Umumnya Barikan diadakan di jalan kampung, dengan warga datang sambil membawa makanan masing-masing untuk dibagikan kembali ke seluruh warga.
Tradisi Barikan
Barikan selalu diadakan pada 16 Agustus 2023 setelah Magrib. Warga akan diundang datang berkumpul di jalan kampung. Bisa di simpang tiga atau jalan umum yang sering dilalui warga.
Panitia menyediakan tikar sehingga warga yang datang, tua muda dan anak-anak, datang dan duduk di atas tikar.
Warga akan datang membawa makanan yang dibungkus di dalam besek atau tempat lain. Isinya bebas, ada nasi dan lauk pauk, ada pula yang membawa buah dan kue.
Warga akan duduk berbaris di kiri dan kanan saling berhadapan dan membentuk lingkaran lonjong. Di tengah ada nasi kuning dan tumpeng yang akan dipotong dan dimakan bersama diujung acara.
Selama acara berlangsung, akan ada Ketua RT dan sesepuh kampung yang menyampaikan berbagai informasi. Mulai dari pahlawan lokal di kampung tersebut, pengumuman RT, hingga pengumuman lomba Agustusan bila ada.
Kegiatan akan ditutup dengan doa bersama kepada para pahlawan dan menyantap tumpeng yang sudah disediakan. Makanan yang lain dibagikan kembali, boleh dimakan di tempat atau dibawa pulang.
Cerminkan Kerukunan Warga
Barikan sering digelar di jalan kampung, tidak di rumah seorang warga atau rumah ibadah seperti musala. Barikan bertujuan mensyukuri nikmat kemerdekaan serta mengingat perjuangan pahlawan di masa lalu, serta menjaga kerukunan dan kemerdekaan yang diwariskan, dilansir dari laman Kemendikbud.
Selain itu, dalam Barikan semua warga kampung diundang hadir, tanpa membedakan agama, ras dan status sosialnya. Saat ini tradisi Barikan terancam dengan pola masyarakat yang semakin modern dan kampung yang berubah menjadi kota.
Namun masih banyak kampung di Jawa Timur yang tetap menyelenggarakan Barikan di malam 17 Agustus.
Advertisement