Asal Mula Ten Commandments, Humor Bos Mafia dan Akuntan Bisu Tuli
Dalam Kitab Taurat, Nabi Musa pada awalnya, menerima seperangkat perintah yang ditulis Allah di atas loh batu. Perintah ini dikenal sebagai Sepuluh Perintah Allah (Ten Commandments), yang menjadi dasar untuk semua peraturan lainnya.
Kesepuluh perintah ini adalah pokok-pokok yang mutlak penting dari Hukum Taurat ‒ prasyarat bagi semua peraturan yang lain.
Ah, tapi selalu ada yang usil soal Perintah Allah tersebut, dalam bentuk humor berikut. Ya, humor tentang mafia dan orang-orang yang bikin ketawa nalar sehat.
Asal Mulanya 10 Perintah Allah
Konon, 10 Perintah Tuhan itu sebenernya bukan untuk orang Israel, melainkan untuk bangsa lain tapi justru bangsa lain yang ditawari menolak. Begini kisahnya...
Malaikat ke Italia.
Malaikat:"Hei kamu orang Italia, mau perintah Tuhan nggak?"
Orang Italia:"Apa isinya?"
Malaikat:"Jangan membunuh!"
Orang Italia:"Sori yah, kami ini mafia, membunuh adalah kegiatan kami"
Lalu malaikat itu terbang ke Rusia.
Malaikat:"Hei kamu orang Rusia, mau perintah Tuhan nggak?"
Orang Rusia:"Apa Isinya?"
Malaikat:"Sembahlah Tuhanmu!"
Orang Rusia:"Sori yakh, kami ini atheis. Nggak percaya sama Tuhanmu!"
Lalu malaikat itu terbang ke Tiongkok.
Malaikat:"Hei kamu orang Tionghoa, mau perintah Tuhan nggak?"
Orang Tiongkok:"Apa isinya?"
Malaikat:"Jangan berdusta!"
Orang Tionghoa:"Sori yakh, kami ini pedagang, jadi mesti menipu."
Malaikat tersebut menjadi frustrasi. Akhirnya ia terbang ke orang Israel yang terkenal kebandelan dan kekikirannya. Siapa tahu mereka mau, gumam malaikat.
Malaikat:"Hei kamu orang Israel, mau perintah Tuhan nggak?"
Orang Israel:"Mbayar nggak?"
Malaikat:"Ini gratis!"
Orang Israel: "OK, kami minta Sepuluh!"
Bos Mafia dan Mantan Akuntan Bisu Tuli
Seorang bos mafia, didampingi pengacaranya. Ia masuk ke ruangan untuk bertemu dengan mantan akuntannya. Bos Mafia itu bertanya kepada si mantan akuntan, "Di mana 3 juta dolar yang kamu gelapkan dari saya?"
Akuntan itu tidak menjawab.
Bos mafia bertanya lagi, "Dimana 3 juta dolar yang kamu gelapkan dari saya?"
Pengacara menyela, "Bos, pria ini 'kan orangnya bisu tuli dan tidak bisa mengerti Anda, tapi saya dapat menterjemahkan untuk Anda."
Bos Mafia mengatakan, "Oke, kalau begitu tanyakan di mana uang saya!"
Pengacara itu, menggunakan bahasa isyarat, bertanya kepada akuntan di mana 3 juta dolar yang dia sembunyikan.
Akuntan menjawab kembali dengan bahsa isyarat, "Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan."
Pengacara menafsirkan ke Bos Mafia, "Dia tidak tahu apa yang Anda bicarakan."
Bos Mafia menarik keluar pistol 9 milimeter, menempatkan ke kepala akuntan, menaruh jarinya di pelatuk dan mengatakan, "Di mana uang saya! Tanya dia lagi!"
Pengacara memberikan bahasa isyarat kepada akuntan, "Dia ingin tahu di mana uang itu!"
Akuntan kembali memberikan bahasa isyarat, "OK! OK! OK! Uang yang disembunyikan dalam koper coklat di belakang gudang di halaman belakang rumah saya!"
Bos Mafia mengatakan, "Oke ... apa yang dia katakan?"
Pengacara menafsirkan bahasa isyarat itu ke Bos Mafia, "Dia mengatakan... pergilah ke neraka ... dan dia juga mengatakan bahwa Anda tidak akan punya nyali untuk menarik pelatuk."
Catatan Redaksi:
Terkait Perintah kepada Nabi Musa AS tersebut, mari kita perhatikan Surah al-A’raf dalam Al-Quran merujuk hal ini dalam ayat:
"Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal; maka (Kami berfirman), “Berpegangteguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang kepadanya dengan sebaik-baiknya, Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang fasik.”
"Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya." (Surat 7:145-146 – ‘Tempat di ketinggian’)