Maps, Komunitas Khusus Memotret Serangga
Memotret objek berukuran kecil, seperti laba-laba, lalat, nyamuk dan hewan serangga lainnya sudah menjadi hal biasa untuk komunitas MAPS (Macro Art Photography Surabaya). Mengabadikan binatang lewat lensa yang dilakukan oleh komunitas ini, tujuannya mengasah kreativitas fotografer untuk memperlihatkan keindahan binatang yang berukuran macro.
Menggunakan lighting untuk memunculkan segi detail dan mengeluarkan kekayaan warna dalam memotret yaitu merupakan ciri khas dari komunitas ini. Juga pembedanya dengan macro fotografi yang lainnya dilihat dari dimensi objek yang dipertontonkan. Bukan hanya sekedar mengambil gambar hewan yang kecil, tapi mngebiratka serangga seperti layaknya model yang berjalan di catwalk, memperlihatkan aura keindahan dari binatang tersebut.
“Kita di Maps lebih mempertontonkan keindahan serangga dengan bantuan pencahayaan, misalnya mata lalat itu indah dan warnanya menarik serta ada serabutnya. Hal semacam ini bisa kita ambil berkat bantuan dari lighting tersebut,” terang Ronny Santoso, ketua Maps.
Komunitas yang berdiri sejak 21 Februari 2012, ternyata tidak memiliki banyak anggota. Mereka lebih selektif dalam memilih anggotanya. Karena menurut Ronny tak perlu banyak anggota, dan jika terlalu banyak anggota juga susah dalam mengkordinasikan segala sesuatunya.
Untuk masuk dalam komunitas ini sebetulnya sangat mudah, dengan mengikuti hunting foto sebanyak lima kali selama enam bulan. “Dengan jangka waktu seperti itu tentunya mudah, dan setelah melewati tahap itu mereka sudah bisa jadi anggota Maps,” tambah Ronny.
Komunitas Maps sendiri baru mempunyai 9 anggota aktif, karena Maps tak terlalu mementingkan jumlah anggota yang bergabung. Pokoknya mereka terus membuat sebuah karya foto, dan terus berkarya.
Untuk hasil foto yang selama ini sudah dilakukan oleh Maps, lebih menjadi dokumentasi anggotanya masing-masing. Sebagian dari hasil foto yang menurut mereka bagus, juga sudah masuk galeri foto di ICC.
Ronny juga mengutarakan, bahwa lingkungan bagi serangga sudah mulai minim. Dan untuk menemukan jenis serangga yang bagus harus naik ke Cangar terlebih dahulu. Karena di Surabaya sudah minim jenis serangga.
“Untuk kendala yang sering ditemui yaitu faktor cuaca dan momen yang kadang kurang pas. Karena Maps sendiri motret yang ada kaitannya dengan alam, jadi sulit untuk memprediksinya,” tutup Ronny yang juga saat ini bekerja di toko kamera. (hrs)