Asa Bengkel Logam Tradisional yang Tersisa di Kota Pasuruan
Sejumlah wilayah (kelurahan) di Kota Pasuruan, dahulu sempat dikenal sebagai sentra industri logam rumahan. Di antaranya Ngemplakrejo, Mayangan, Mandaran, Panggungrejo, dan Trajeng. Salah satu bukti bahwa kawasan utara Kota Pasuruan identik dengan perajin logam adalah keberadaan pabrik baja BOSTO yang berada tepat di pelabuhan Kota Pasuruan.
Hasil logam dari Kota Pasuruan terbilang berkualitas baik. Sehingga, Kota Pasuruan menjadi sentra dagang di masa lalu. Salah satunya, mengusung hasil logam dan tembikar di kota kecil ini. Namun, seiring bergantinya zaman, satu per satu perajin logam berkurang. Banyak yang beralih profesi, pindah domisili, dan tidak ada generasi yang meneruskan.
Ini yang menjadi penyebab industri logam dengan teknik tradisional semakin berkurang. Saat ini perajin tradisional pembuat logam hanya bisa ditemui di Kelurahan Mayangan dan sebagian Kelurahan Ngemplakrejo saja.
Perajin tradisional tidak menggunakan mesin sama sekali dalam proses pembuatan. Mulai saat proses pencairan materi, penyetakan, hingga penghalusan. Semua masih serba tradisional. Menggunakan kayu bakar dan cetakan tanah liat.
Suara "tang-tung" bersahutan jika mengunjungi gang-gang kecil di Kelurahan Mayangan, Kota Pasuruan. Suara itu berasal dari alat-alat perajin logam yang tengah mengerjakan di bengkel tradisionalnya. Di kelurahan inilah masih bisa ditemui sisa-sisa perajin logam tradisional yang menggunakan dapur rumah atau bagian belakang rumah sebagai bengkel.
"Generasinya sudah banyak berkurang. Anak-anak muda banyak yang tidak berminat meneruskan pekerjaan ini kalau tidak sangat terpaksa. Sedangkan, orang tua kebanyakan juga lebih memilih anak-anaknya bekerja lain," ujar Agus salah satu perajin logam yang merupakan turunan ketiga di keluarganya.
Laki-laki bertempat tinggal di RT 3 setempat itu mengisahkan, masa-masa terpuruknya logam Kota Pasuruan adalah saat mesin mulai menyerbu pabrik. Biasanya pesanan pembuatan onderdil motor atau mobil menjadi langganan para perajin meraup rejeki. Namun, sekitar awal tahun 2000 kondisi industri logam mulai lesu.
"Dulu, saat zaman bapak saya logam di sini adalah terbaik dan dikirim ke seantero nusantara. Tapi, sejak pabrik diserang oleh produk China dan luar negeri lainnya, mulai lesu pesanan kami," keluh Agus.
Hal itu dibenarkan Khamim, perajin logam lainnya. Dulu, sebelum banyak logam buatan luar negeri bengkelnya tidak pernah sepi orderan. "Bukan hanya membuat onderdil motor, pesanan juga datang untuk membuat onderdil pesawat dan mesin-mesin lainnya," ungkapnya.
Saat ini hanya tersisa tidak sampai 50 bengkel tradisional di Kota Pasuruan. Akibat semakin sepinya orderan, para perajin memilih berganti pekerjaan.
Saat ditanya kendala selain serangan produk impor, para perajin mengungkapkan jika mereka minim pengetahuan soal pemasaran atau marketing. Sehingga, mereka juga tidak paham manajemen bisnis yang baik. Akibatnya, banyak perajin yang terlilit utang akibat tidak terbayarnya sejumlah pesanan.
Menurut Agus, saat ini dalam satu bulan bisa meraih keuntungan Rp4 juta sudah sangat bagus. Padahal, dia harus membayar tiga orang karyawannya yang memilih setia. "Kalau saya pecat para tukang saya, ya kasihan. Mereka ini memilih tetap bekerja sebagai tukang logam," terangnya.
Kondisi yang berat ini memang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Pemkot Pasuruan. Pelatihan bukan tidak pernah dilakukan, bahkan terlalu sering. Namun, itu bukan solusi untuk mengangkat kembali kejayaan logam di wilayah utara Kota Pasuruan.
Minimnya pengetahuan soal marketing dan persyaratan birokrasi yang panjang soal pengurusan izin menjadi kendala para perajin logam tradisional. "Jangankan mengurusi SIUP. Katalog saja kami tidak tahu bagaimana cara membuatnya," sahur Qosim perajin logam lainnya.
Yoyok Lurah Mayangan sendiri sudah sering menyampaikan aspirasi perajin logam saat Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). Bahwa perajin logam sudah sekarat mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah. Namun, usulan tersebut belum direspon.
Padahal, menurut Yoyok para perajin yang tersisa sudah bersedia membantu Pemkot jika kawasan Kelurahan Mayangan bakal dijadikan Kampung Logam. "Angan-angan kami di sini jadi Kampung Logam. Seperti di Yogyakarta kan ada pembuatan cincin dari logam. Inginnya kami seperti itu," harap Yoyok.
Menurut Yoyok sangat disayangkan jika industri logam tradisional yang tersisa kemudian pudar ditelan zaman. Padahal, jika digarap dengan baik, maka industri logam bisa menjadi pembuka lapangan kerja baru. "Kalau ditata dan dikonsep lagi, saya optimis kondisi di sini akan cemerlang. Malah akan menjadi pembuka lapangan kerja bagi anak-anak muda," terang Yoyok.
Walikota Pasuruan Saifullah Yusuf atau Gus Ipul sendiri memang masih memikirkan solusi untuk membantu para perajin logam. Masalah pemasaran sebenarnya sudah dibantu oleh Pemkot Pasuruan dengan rutin menampilkan produk logam Kota Pasuruan di pameran skala nasional. Hanya saja memang masih dibutuhkan duduk bersama untuk mencari solusi tepat mengatasi masalah ini.
"Tentunya pemerintah daerah tidak akan tinggal diam. Bagaimana logam ini berkibar kembali dan menjadi salah satu profesi yang membuka lapangan pekerjaan. Memang butuh konsep yang jelas dulu agar arahnya tepat," ujar Gus Ipul.