AS Segera Tinggalkan Afghanistan, Biden: Harus Berjuang Sendiri
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan, Afghanistan harus berjuang sendiri untuk bangsa mereka. Para pemimpin Afghanistan harus bersatu dalam menyelesaikan konflik panjang di negeri itu.
Pernyataan Biden itu, terkait dengan penarikan pasukan AS ditargetkan rampung pada akhir Agustus 2021, menjelang peringatan 20 tahun peristiwa 9/11.
"Para pemimpin Afghanistan harus bersatu. Kami kehilangan ribuan kehilangan (untuk) kematian dan cedera ribuan personel Amerika. Mereka harus berjuang untuk diri mereka sendiri berjuang untuk bangsa mereka,” ungkap Biden dalam pidatonya, dikutip Jumat13 Agustus 2021.
Taliban Kuasai Wilayah
Diketahui, perlawanan pasukan Taliban untuk merebut wilayah Afghanistan semakin agresif, pasca diumumkannya penarikan pasukan militer Amerika Serikat (AS) pada Mei lalu.
Penarikan pasukan AS ditargetkan rampung pada akhir Agustus, menjelang peringatan 20 tahun peristiwa 9/11. Perebutan wilayah oleh Taliban berdampak pada ribuan warga diusir dari rumah-rumah mereka ataupun melarikan diri ke wilayah yang lebih aman.
AS Tetap Dukung Lawan Taliban
Menurut Biden, meski penarikan pasukan secara penuh tetap dilakukan, namun AS memastikan akan tetap mendukung upaya Afghanistan melawan Taliban.
“Amerika Serikat akan bersikeras bahwa kami terus menjaga komitmen yang kami buat, memberikan dukungan udara dekat, memastikan bahwa Angkatan Udara mereka berfungsi dan dapat dioperasikan, memasok pasukan mereka dengan makanan dan peralatan dan membayar semua gaji mereka,” tutur Biden, dalam pidato resmi Rabu lalu.
Secara tegas Biden menekankan tidak menyesali keputusan yang dibuat dengan menarik penuh pasukan dari Afghanistan.
“Saya pikir mereka mulai menyadari bahwa mereka harus bersatu secara politis di puncak. Tapi, kami akan terus menjaga komitmen kami. Tapi, saya tidak menyesali keputusan saya,” ucap Biden.
Dalam waktu seminggu terakhir, Taliban telah menguasai sembilan provinsi yang sebagian besar terletak di wilayah utara Afghanistan.
Keberadaan Taliban menyebabkan ribuan warga melarikan diri dan berpindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya yang lebih aman.
Kondisi Terkini Kota Kabul
Sejak Rabu 11 Agustus 2021, ratusan warga tiba di Ibu Kota Kabul, dengan kondisi yang memprihatinkan tanpa harta benda dan sangat kelaparan.
Khalida, seorang bocah perempuan berusia 10 tahun yang berada di antara ratusan pengungsi mengatakan, Taliban melakukan penyerangan ketika ia sedang di sekolah untuk mengikuti ujian.
“Saya berharap akan masa depan yang lebih baik dan saya ingin kembali ke desa saya. Ayah saya telah dibunuh oleh Taliban dan juga saudara laki-laki saya. Kami melarikan diri dari peperangan kemari,” ungkap Khalida kepada BBC.
Pengungsian Terjadi
Ribuan pengungsi yang tersebar di sejumlah wilayah utamanya di Ibu Kota Kabul, menyebabkan permasalahan baru bagi pemerintah Afghanistan.
Sebab, hingga saat ini tidak ada bantuan dari pemerintah maupun bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi.
Pemerintah mulai kualahan dalam menangani berbagai kebutuhan warga, sehingga meminta adanya bantuan dari dunia internasional.
Menteri Manajemen Bencana Afghanistan Ghulam Bahauddin Jailani menyebut, bantuan yang diperlukan saat ini meliputi makanan dan non makanan.
“Kami memanggil masyarakat internasional dan institusi internasional untuk membantu kami secepatnya untuk menyediakan makanan dan non makanan bagi banyak orang yang terlantar di Afghanistan,” jelas Jailani dalam keterangannya pekan ini.
Taliban Berpeluang Kuasai Afghanistan
Dilansir France24 Taliban mengklaim sukses merebut sembilan provinsi dalam seminggu terakhir, diantaranya Shiberghan, Sar-E-Pul, Farah, Zaranj, Kunduz, Faizabad, Taloqan, Aybak, dan Pul-E-Khmri.
Banyak pihak memprediksikan Taliban berpeluang merebut Ibu Kota Negara Kabul tidak kurang dalam 30 hari kedepan, jika militer tidak menghentikan pergerakan Taliban yang semakin agresif.
Sementara, AS merupakan salah satu negara yang memberikan bantuan kekuatan militer melawan Taliban sejak dua dekade terakhir telah menghabiskan lebih dari satu triliun dolar dalam operasinya.
Sebanyak 2.298 pasukan militer AS dilaporkan tewas dalam operasi di Afghanistan selama 20 tahun terakhir. Dikutip dari BBC, berdasarkan data Institut Watson untuk urusan internasional dan publik.
Advertisement