AS Diminta Cabut Sanksi Ekonomi pada Iran, Ini Sikap Muhammadiyah
Sanksi baru yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran mendapat tanggapan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ormas Islam terbesar kedua setelah Nahdlatul Ulama ini memperediksi adanya sanksi ekonomi AS kepada Iran akan memicu perang dagang dan ekonomi yang berdampak pada negara-negara lain.
“Atas sanksi ini, Iran sebagai negara yang berdaulat jelas tidak akan tinggal diam dan pasti akan membela hak-haknya,” tutur Anwar Abbas, Ketua PP Muhammadiyah, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Rabu 7 November 2018.
Anwar Abbas menyakini, Iran akan melakukan perlawanan terhadap tindakan AS yang semena-mena itu. Dengan begitu, terjadilah perang dagang ekonomi yang tidak hanya menaggu keadaan di dua negara itu, tetapi juga akan menghambat dan berdampak kepada negar-negara lain.
"Muhammadiyah mengencam dijatuhkannnya sanksi ekonomi di sektor perminyakan dan perbankan kepada Iran karena jelas sanksi ini akan memengaruhi kepentingan dan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang dan terbelakang," kata Anwar Abbas.
Anwar Abbas menegaskan, agar kehidupan dunia tetap tenang, damai dan dinamis. Muhammadiyah meminta AS mencabut sanksi ekonomi yang diberikan kepada Iran. Tujuannya, agar stabilitas ekonomi dunia tetap terjaga dan terpelihara.
“Muhammadiyah meminta AS tidak bersikap arogan dan mementingkan politik dan ekonominya saja,” kata Anwar Abbas, yang juga Sekjen MUI Pusat.
Sebab, jelasnya dalam era globalisasi ini, perekonomian di suatu negara sudah terintegrasi dan menyatu sedemikian rupa dengan perekonomian global. Karena itu, jika suatu negara atau beberapa negara terjadi masalah akan berdampak langsung terhadap negara lain.
Muhammadiyah mengencam dijatuhkannnya sanksi ekonomi di sektor perminyakan dan perbankan kepada Iran karena jelas sanksi ini akan mempengaruhi kepentingan dan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang dan terbelakang.
Dia beranggapan, tindakan AS yang ingin memotong penjualan minyak Iran sampai ke titik nol sangat berbahaya. Meskipun, AS telah mengecualikan untuk delapan negara importer, diantaranya China, India, Korea Selatan, Turki dan Jepang.
Tindakan AS atas sanksi kepada Iran, menurutnya, sangat berdampak buruk dan mengganggu keadaan perekonomian global. Kendati ada klaim AS yang mengatakan harga minyak dan perekonomian global akan tetap terkendali. (adi)