Arwah Mengenali Kita, Ini Pemahaman Ulama Pesantren
Telah dimaklumi bagi kalangan umat Islam di Indonesia, menjadi perhatian serius dalam pemulasaran mayit. Bagi kalangan pesantren dan umat Islam secara umum, saat bertakziah dan berusaha ikut mengantarkan jenazah hingga ke liang lahar.
Bahkan, ketika mengangkat jenazah seseorang yang telah wafat, KH Ahmad Mustofa Bisri pun berusaha untuk ikut bersama orang lain, mengangkatnya dan mengikuti dalam perjalanan ke lokasi makam.
Mari kita perhatikan hadis berikut:
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﺨﺪﺭﻱ: ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ: " ﺇﻥ اﻟﻤﻴﺖ ﻳﻌﺮﻑ ﻣﻦ ﻳﺤﻤﻠﻪ ﻭﻣﻦ ﻳﻐﺴﻠﻪ، ﻭﻣﻦ ﻳﺪﻟﻴﻪ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ "
Dari Abu Sa'id Al Khudri bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Sungguh mayit tahu orang yang memikulnya, yang memandikan dan memasukkannya ke dalam kuburnya" (HR Ahmad, Thabrani dan Ibnu Abi Dunya).
Dalil Hadis
Hadis ini dinilai dhaif oleh para Al-Hafidz di bidang hadis. Tapi menurut Syekh As-Sindi ada hadis Sahih yang menjadi Syahid (penguat eksternal), yaitu:
ﻛﺎﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ: " ﺇﺫا ﻭﺿﻌﺖ اﻟﺠﻨﺎﺯﺓ، ﻓﺎﺣﺘﻤﻠﻬﺎ اﻟﺮﺟﺎﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻋﻨﺎﻗﻬﻢ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺻﺎﻟﺤﺔ ﻗﺎﻟﺖ: ﻗﺪﻣﻮﻧﻲ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻏﻴﺮ ﺻﺎﻟﺤﺔ ﻗﺎﻟﺖ ﻷﻫﻠﻬﺎ: ﻳﺎ ﻭﻳﻠﻬﺎ ﺃﻳﻦ ﻳﺬﻫﺒﻮﻥ ﺑﻬﺎ "
Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: "bila jenazah sudah diletakkan lalu digotong oleh para lelaki, jika dia jenazah yang baik maka dia berkata: "Segeralah hantar aku". Bila jenazah tidak baik dia berkata kepada KELUARGANYA: "Celaka, mereka bawa kemana jenazahku" (HR Bukhari)
Juga ada atsar / riwayat dari Tabiin:
ﻗﺎﻝ ﻣﺠﺎﻫﺪ «ﺇﺫا ﻣﺎﺕ اﻟﻤﻴﺖ ﻓﻤﻠﻚ ﻗﺎﺑﺾ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻤﺎ ﻣﻦ ﺷﻲء ﺇﻻ ﻭﻫﻮ ﻳﺮاﻩ ﻋﻨﺪ ﻏﺴﻠﻪ ﻭﻋﻨﺪ ﺣﻤﻠﻪ ﺣﺘﻰ ﻳﺼﻴﺮ ﺇﻟﻰ ﻗﺒﺮﻩ»
Mujahid berkata: "Jika ada orang wafat maka malaikat memegang ruhnya. Ruh tersebut dapat melihat apapun saat dimandikan, dipikul hingga sampai ke kuburnya" (Ibnu Abi Dunya)
Saat Ziarah
Setelah dimakamkan para arwah di alam kubur juga masih mengenali para peziarah. Al-Hafidz As-Suyuthi mengutip dari murid Syekh Ibnu Taimiyah:
ﻭﻗﺎﻝ ﺇﺑﻦ اﻟﻘﻴﻢ اﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﻭاﻵﺛﺎﺭ ﺗﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ اﻟﺰاﺋﺮ ﻣﺘﻰ ﺟﺎء ﻋﻠﻢ ﺑﻪ اﻟﻤﺰﻭﺭ ﻭﺳﻤﻊ ﻛﻼﻣﻪ ﻭﺃﻧﺲ ﺑﻪ ﻭﺭﺩ ﺳﻼﻣﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻫﺬا ﻋﺎﻡ ﻓﻲ ﺣﻖ اﻟﺸﻬﺪاء ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ
Ibnu Qayyim berkata: Dalil-dalil hadis atau atsar riwayat Sabahat dan Tabiin menunjukkan bahwa peziarah saat datang ke kubur, maka arwah dapat mengetahui, mendengar ucapannya, senang atas kedatangannya dan menjawab salamnya. Ini berlaku untuk orang yang mati syahid dan lainnya (Syarah Ash-Shudur, 1/221)
Penjelasan dan Fakta di Masyarakat
Demikian penjelasan Ust Ma'ruf Khozin, Pengasuh Pesantren Aswaja Sukolilo Surabaya.
Ada hal khusus berikut dari kitab:
ﻮﻟﻪ ﺃﻭ ﺧﻴﻒ ﺇﻟﺦ) ﻋﻄﻒ ﻋﻠﻰ ﺗﻬﺮﻯ ﺃﻱ ﻭﻟﻮ ﻏﺴﻞ ﺗﻬﺮﻯ اﻟﻤﻴﺖ ﺃﻭ ﺧﻴﻒ ﻋﻠﻰ اﻟﻐﺎﺳﻞ ﻣﻦ ﺳﺮاﻳﺔ اﻟﺴﻢ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺮﺩﻱ
"Jika ada jenazah saat dimandikan tubuhnya akan mengelupas atau dikuwatirkan menularnya racun kepada orang yang memandikan, maka jenazah tersebut ditayamumi" (Syekh Ibnu Hajar, Tuhfah Al Muhtaj 3/184)
Ust Ma'ruf Khozin, Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur berkisah:
"Tiap saya memberi pelatihan perawatan jenazah di Kota Surabaya selalu saya ingatkan kepada para Modin agar mengajak keluarga almarhum saat memandikan, mengafani hingga menguburkan, kecuali jika keluarga tersebut tidak ada yang bisa sama sekali. Pengecualian juga bila jenazah mengidap penyakit menular, maka hendaknya ditangani oleh petugas dan ada keluarga yang ikut serta agar tidak salah paham.
"Saat umi saya wafatpun, Alhamdulillah, anak-anaknya dan menantunya yang memulasari jenazahnya. Termasuk saat memasukkan ke liang lahat, di bawah ada saya, kakak dan adik saya."
Demikian semoga bisa memberi pemahaman bagi kita yang mau memahami. Perbedaan pendapat bagian dari rahmat bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Advertisement