Arung Jeram Sungai Cisadane Seru, Terlarang Buat yang Jantungan
Arung jeram atau yang lebih dikenal dengan rafting, merupakan kegiatan populer di luar ruangan yang mencakup unsur rekreasi, petualangan, dan edukasi. Kegiatan ini melibatkan pengarungan sungai yang memiliki jeram atau riam dengan menggunakan perahu karet (riverboats) dan dilakukan secara berkelompok.
Siapa pun dapat melakukan arung jeram, tanpa dibatasi oleh usia atau jenis kelamin. Bahkan bagi mereka yang tidak bisa berenang sekalipun, tetap dapat mengikuti kegiatan ini. Namun, dibutuhkan fisik yang prima dan pemilihan lokasi yang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan masing-masing peserta.
Meskipun kegiatan arung jeram dapat diikuti oleh semua orang, tetap ada beberapa regulasi yang harus diikuti. Orang yang mendekati usia 50 tahun dan tidak bisa berenang lebih diizinkan untuk mengikuti kegiatan ini dibandingkan dengan orang yang berusia 30 tahun dan bisa berenang namun memiliki riwayat penyakit yang dapat kambuh sewaktu-waktu, seperti penyakit jantung dan epilepsi. Orang yang sedang hamil dan baru menjalani operasi, juga dilarang ikut petualangan ini
Salah satu anggota Event Organizer (EO) Alamanda Cisadane yang bisa dipanggil Cito menyampaikan, arung jeram menawarkan pengalaman yang seru dan menyenangkan bagi pesertanya. Selain itu, kegiatan ini juga bisa menjadi sarana edukasi dan pengembangan diri. Namun, pastikan untuk selalu mengikuti regulasi dan memperhatikan keselamatan diri serta kelompok selama melakukan arung jeram.
Dalam kegiatan arung jeram, pemilihan aliran sungai yang tepat sangatlah penting. Aliran sungai dengan berbagai tingkat kesulitan jeram perlu dipertimbangkan dengan seksama karena dapat mempengaruhi keselamatan peserta. Setiap tingkat kesulitan jeram memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan keterampilan dan persiapan yang berbeda pula.
Misalnya, untuk peserta yang baru pertama kali mengikuti arung jeram, sebaiknya memilih aliran sungai dengan tingkat kesulitan rendah atau sedang. Pada tingkat ini, jeram-jeramnya tidak terlalu besar dan arusnya relatif tenang sehingga peserta dapat lebih mudah menguasai perahu dan menikmati keindahan alam sekitar. Sedangkan peserta yang sudah memiliki pengalaman dan keterampilan yang cukup, dapat mencoba tingkat kesulitan yang lebih tinggi, di mana jeram-jeramnya lebih besar dan arusnya lebih deras.
Tidak hanya tingkat kesulitan jeram yang perlu dipertimbangkan, namun jug karakteristik aliran sungai itu sendiri. Beberapa aliran sungai memiliki dasar yang berbatu besar dan tajam, sehingga dapat membahayakan keselamatan peserta jika tidak dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang memadai. Selain itu, peserta juga perlu mempertimbangkan cuaca dan kondisi udara pada saat kegiatan dilakukan, karena hal ini dapat mempengaruhi keselamatan dan kenyamanan peserta. Arung jeram Sungai Cisadane paling ramai pada hari libur, pengunjung bisa mencapai 750 orang.
Ikuti Aturan Demi Keselamatan
Dalam pemilihan aliran sungai untuk arung jeram, keamanan dan keselamatan peserta harus selalu menjadi prioritas utama. Peserta juga perlu mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara kegiatan, seperti persyaratan usia dan kesehatan, serta mengenakan peralatan keselamatan yang lengkap dan sesuai standar. Dengan persiapan dan pemilihan yang tepat, peserta dapat menikmati pengalaman arung jeram yang menyenangkan dan penuh tantangan.
“Faktor keamanan dan keselamatan peserta harus menjadi priotas, tidak hanya seru seruan,” tutur Cito.
Wartawan Ngopibareng.id bersama kawan-kawan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berkesempatan menjelajahi Sungai Cisadane di Desa Caringin, Kecamatan Ciherang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sungai Cisadane memiliki track rafting atau arung jeram yang berbeda dengan sungai-sungai lainnya serta jeram–jeram yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda pula,mulai dari arus yang lemah hingga arus yang sangat deras.
Salah satu daya tarik dari Sungai Cisadane adalah dam atau bendungan yang memiliki ketinggian 3 meter dengan kemiringan hampir 90 derajat, selain batu-batu besar yang dimuntahkan oleh Gunung Gede. Batu-batu besar ini menciptakan jeram yang cocok untuk uji keberanian.
Sungai Cisadane masuk katagori grade III++, dengan jeram-jeram yang sulit dan menantang, sungai dengan grade 3 plus hanya untuk yang berani.
Kalau ingin berpetualang atau rafting di Sungai Cisadane ini tak perlu repot-repot membawa perahu karet dan peralatan sendiri dari rumah. Di lokasi ada beberapa penyedia jasa profesional yang mengatur kegiatan peserta arung jeram perahu, jaket pelampung, helm pengaman serta dayung. Setiap perahu akan dipandu seorang kiper yang memberi aba-aba apa yan harus dilakukan peserta bila menghadapi rintangan sulit.
Setiap orang dikenakan biaya Rp 225.000, termasuk peralatan asuransi, makanan ringan dan kelapa muda yang dibagikan di titik akhir pada sebuah dam.
Sebelum mengarungi Sungai Cisadae, seluruh peserta diperiksa seluruh perlengkapan untuk keselamatan. Dan ditanyakan apakah seluruh peserta dalam keadaan sehat. Semua peserta menjawab: "Siap!"
Waktu akan menaiki perahu karut yang sudah menunggu di bibir sungai beberapa peserta perempuan membatalkan diri, takut melihat batu-batu besar dan arus deras di Sungai Cisadane.
Setiap perahu diisi empat orang peserta plus satu kiper. Ada briefing singkat tentang instruksi yang umum digunakan dalam arung jeram antara lain “forward paddle” artinya dayung maju, “back paddle” artinya dayung mundur, “left turn” atau “right turn” yang artinya belok kiri atau belok kanan, “stop” yang artinya berhenti, dan “hold on” artinya pegangan kuat-kuat.
"Mari kita berdoa menurut agama masing-masing," ajak kiper.
"Perhatikan dan ikuti instruksi saya,1...2...3 Go!"
Baru bergerak beberapa meter arus deras menghempaskan parahu peserta yang seluruhnya perempuan, hingga berbalik arah disertai jeritan. Perahu sulit bergerak karena terjepit di antara bebatuan dan dorong arus yang cukup kuat.
"Tenang ikuti komando saya, semua geser ke kanan, ayo cepat bergeser ke kiri, geser kanan lagi," aba-aba kiper.
Berkat instruksi dan pengalamannya, perahu yang nyaris terbalik berhasil keluar dari jepitan batu dan meluncur mengikuti derasnya arus Sungai Cisadane. "Itu tadi rintangan yang paling sulit, ada tiga titik rintangan semacam itu yang akan kita arungi " ujarnya membuat hati peserta deg-degan.
Setelah bergelut melawan arus selama 90 menit, dan melewati tiga rintangan serta Dam setinggi 3 meter, peserta bisa menaklukkan uji nyali ini dengan selamat, meskipun seluruh tubuh basah kuyup.
“Deg-degan tapi menyenangkan. Ini petualangan yang palng seru, tapi menyenangkan,” ujar seorang peserta sambil menikmati kelapa muda.