Arti Peribahasa Biduk Berlalu Kiambang Bertaut Yang Dibaca Jokowi
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato tahunan di depan forum sidang MPR 2019, Jumat 16 Agustus 2019. Ada yang menarik dalam penyampaian pidato kali ini, yakni peribahasa Melayu yang sempat diselipkan Jokowi yang bunyi lengkapnya adalah "Biduk Berlalu Kiambang Bertaut".
Peribahasa tersebut diselipkan Jokowi untuk menggambarkan harapan atas situasi terkini pasca pemilihan presiden 2019.
"Seyakin-yakinnya, persatuan Indonesia akan selalu sentosa. Seperti kiambang-kiambang yang bertaut kembali, setelah biduk pembelah berlalu," kata Jokowi sebelum menutup pidato tahunannya.
Menurut Jokowi, dalam sebuah persatuan maka solidaritas, kepedulian dan semngat berbagi antar sesama akan tercipta kembali.
Karenanya, perbedaan bukanlah penghalang untuk persatuan demi kemajuan bangsa. Dalam persatuan maka energy yang sangat dasyat akan tercipta untuk mempercepat kemajuan sebuah bangsa.
Lantas apa sebenarnya makna dari peribahasa melayu yang sempat dikutip Jokowi "Biduk Berlalu Kiambang Bertaut"? Mengutip wikiquote.org, peribahasa melayu itu bisa diartikan dalam dua hal yakni:
1. Perselisihan antara dua orang bersaudara tidak perlu dicampuri oleh orang lain karena sebentar juga akan berdamai.
2. Perselisihan antara dua orang bersaudara, apabila dicampuri oleh pihak ketiga akan segera berakhir dengan perdamaian sedangkan pihak ketiga akan tersisih dan mendapatkan malu.
Sementara itu jika merujuk pada Kamus Peribahasa Melayu susunan Sapinah Haji Said, maka biduk diartikan sebagai sebuah perahu yang biasa digunakan untuk membelah menyeberangi sungai. Sedangkan kiambang merupakan tumbuhan yang biasa bergerombol mengambang di sungai.
Dengan demikian, peribahasa itu mengibaratkan setelah Biduk menyeberangi sungai maka Kiambang yang semula terpecah akan bersatu kembali.
Advertisement