Arsitek Kawakan Soroti Fasilitas Publik Kota Surabaya
Surabaya: Beberapa fasilitas publik kota Surabaya yang kurang memperhatikan detil mendapat kritik dari seorang arsitek kawakan Dadoes Soemarwanto. Arsitek yang mantan Anggota DPRD Jawa Timur ini menyoroti sarana penuntun penyandang disabilitas tuna netra di pedestrian dan taman jalan yang menutup akses penyeberang jalan.
Kritik itu disampaikan Dadoes lewat akun Fecebooknya. ''Fungsi tegel khusus (warna hitam dengan tekstur garis-garis) adalah untuk menuntun para disabilitas di sepanjang trotoar. Pemasangannya koq malah njelomprongno ditabrakno neng uwit ki piye to...? (Pemasangannya kok malah menyesatkan dengan menabrakkan ke pohon itu gimana ya?, red),'' tulisnya. Kritik itu disertai dengan mengunggah foto trotoar yang dimaksud.
Trotoar yang fasilitas penuntun untuk tuna netranya tidak benar itu terletak di perempatan Jalan Raya Darmo dan Pandegiling. Berdasarkan penulusuran Ngopibareng.id, yang seperti itu tidak hanya di satu tempat. Bahkan, ada kesan, tegel khusus penuntun tuna netra itu banyak yang dipasang sekadar sebagai asesori, kurang memperhatikan fungsi.
Tidak hanya itu. Dadoes juga menyoroti tanaman pemisah jalan yang menutup marka penyerberangan jalan yang ada di perempatan MERR dan Jalan Arif Rahman Hakim. Marka jalan yang ada di situ tertutup taman pemisah jalan. Dengan demikian, jika ada penyeberang jalan, ia harus belok masuk ke jalan sehingga bisa membahayakan penyeberangnya.
''Lha iki karepe piye? Nyeberang dalam trus dikongkon nginjek-nginjek tanduran. Bar kuwi dipisuh-pisuhi ngono tah? (Ini maksudnya bagaimana, Menyeberang dalan terus disuruh menginjak-injak tanaman. Setelah itu terus dimarahi begitu ya?, red),'' tulisnya.
Kritik yang diunggah arsitek yang juga politisi ini langsung mendapat respon dari puluhan temannya. Ada yang ikut mempertanyakan maupun yang membela pemerintah kota. Namun, sebagian besar menyalahkan kontraktor maupun pimpronya.
''Petugas lapangan wis klempoken duit. Wis gak mikir hasil. Penting digarap. (Petugas lapanganya sudah kebanyak uang. Tidak memikirkan hasil. Yang penting digarap, red),'' komen salah seorang. ''Banyak yang tidak paham dengan blindpath semacam ini. Di Malang jauh lebih ngawur daripada yang tergambar di atas. Nabrak bak sampah/panel listrik, menuju saluran yang tidak tertutup dan lain-lain,'' komen yang lain.
Bagaimana komentar pihak Pemkot Surabaya? Sampai berita ini diturunkan belum berhasil dikonfirmasi. Tampaknya perlu mulai berpikir detil untuk penyediaan fasiltas publik.
Warganya sudah semakin kritis. (azh)