Aroma Wangi Menebar dan Mimpi Bertemu Nabi Muhammad, Ini Gaungnya
Maulid Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW) diperingati dengan gegap gempita oleh umat Islam di bumi Nusantara. Tak hanya bertepatan pada tanggal 12 Rabiul Awal, melainkan selama sebulan penuh pada bulan istimewa kelahiran Nabi Akhir Zaman itu.
Ada dendang dilantunkan KH Husein Muhammad menunjukkan kecintaannya pada diri Sang Rasul yang Agung ini.
اَلْمِسْكُ فاَح اَلْمِسْكُ فَاح، لَمَّا ذَكَرْنَا رَسُوْلَ اللّه
و النُّوْرُ لَاح النُّوْر لاَح، لَمَّا حَضَرْنَا اَبَا الزَّهْرَاء
أَشْكِى لِمِين وَجْدى وَ حَالِى، وَ أقول لِمِين النَّبِى غَالِى
إيه اللى غير أَحْوَالِى، غير الْغَرَام لِرَسُوْلِ اللّه
يَا صَاحِبَ الْقُبَّةِ الْخَضْرَا، هَلْ عَلَيْنَا بِالنَّظْرَة
هِز الهِلَال يَا أَبَا الزَّهْرَاء، وَاعْطَ لِكُلِّ مُحِبِّ مُنَاه
طُوْل عُمْرِى باتمنى اشُوْفَك، وَ انْظُر جَمَالَك وَ اَبُوْسَك
صَبَرْتُ نَفْسِى باحَاديثك، وأقول لا بد فِى لَيْلِى أَرَاه
Harum parfum kasturi menebar semerbak
Manakala kami sebut Nama Rasulullah
Cahaya berpendar dan gemerlap
Manakala Ayah Fatimah Az-Zahra hadir
Kepada siapakah aku harus mengadukan kegalauan dan kerinduanku ini
Dan kepada siapakah harus aku ungkapkan keindahan Nabi yang mulia ini?
Dialah yang telah mengubah keadaanku
Hingga jadi seorang yang tergila-gila kepadanya
Wahai pemilik kubah hijau nan megah
Akankah kami berjumpa denganmu
Demi bulan yang terbelah wahai ayahanda Fatimah Az-Zahra
Berikanlah para pencintamu apa yang diinginkannya
Sepanjang umur aku berharap berjumpa denganmu
Melihat keindahan dan mencium keningmu
Aku selalu bersabar mendengar kisah indahmu
Bibirku mendesah “malam ini aku harus bermimpi bertemu dengannya”
Mengapresiasi Tradisi Nusantara
Aku mengawali presentasi dalam Sarasehan Kebangsaan pada Hari Santri Nasional begini :
Ada dua kata yang menarik untuk direnungkan : Santri dan Sarung. Santri adalah nama orang yang belajar di Lembaga Pendidikan Keagamaan yang populer disebut Pesantren. Dan sarung adalah pakaian sehari-hari santri. Mengapa ia disebut santri, bukan "Tilmidz" atau "Thalib". Lalu mengapa ia mengenakan "sarung" bukan "izar"atau "gamis","tob" atau "jubah"?.
Santri bukan bahasa Arab. Dan sarung bukan tradisi Arab. Santri adalah bahasa sanskerta.
Cliffort Geertz mengatakan bahwa kata “santri” berasal dari kata Sansekerta "Shastri" secara literal berarti manusia yang baik-baik yang membaca/ mempelajari kita suci Hindu. Ia juga bermakna ilmuwan Hindu yang pandai menulis. Pernyataan Cliffort Geertz tersebut memperlihatkan kepada kita bagaimana para pendiri pendidikan pesantren mengadopsi tradisi pendidikan keagamaan non Islam yang lebih dahulu ada di wilayah Nusantara.
Sementara "sarung" merupakan pakaian harian di banyak tradisi masyarakat di banyak tempat: Yaman, di Asia Selatan, India dan lain-lain. Masyarakat di Bali juga banyak mengenakannya. Konon, Sarung pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 14, dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat (India).
Betapa indahnya. Bagaimana Para ulama Pesantren memberikan apresiasi terhadap tradisi Nusantara, melalui antara lain adopsi nama Pesantren, Santri, Kiyai dan Sarung. Bukan Madrasah, Funduq, Murid, Thalib, Ustaz dan Jubah, Sorban, Gamis, Tob, atau sejenisnya yang menjadi tradisi Arabia?.
Para Bijakbestari mengatakan :
الرَّجُلُ لَا يَكُونُ عَالِماً بِسَبَبِ الجُبَّةِ وَالعِمَامَةِ ذَلِكَ اَنَّ العَالِمِيَّةَ فَضِيلَةٌ فِى ذَاتِهِ وَلاَ يُغَيّرُ مِنَ الاَمْرِ شَيئاً اَنْ يَرْتَدِى صَاحِبُهَا قَبآءً أَوْ عَبَاءَةً .
Kealiman seseorang tidak ditentukan oleh pakaian jubah dan sorbannya. Keulamaan itu keutamaan yang melekat di dalam dirinya. Ia tidak bisa berubah menjadi ulama hanya dengan memakai jubah atau baju lusuh (atau sorban).
Sesudah itu aku bicara peran dan sumbangan Pesantren kepada Eksistensi dan Keutuhan Negara Bangsa.
Demikian catatan KH Husein Muhammad. Semoga bermanfaat. (19.10.22/HM)