Armuji Curhat ke Arif Afandi dapat Mukjizat Hidup, Apa Itu?
Balaikota Surabaya sempat ramai karena demo Warga Madura protes penyekatan di Suramadu. Mereka minta penyekatan dihentikan pada Senin 21 Juni 2021. Padahal saat ini, pandemi Covid-19 di Jawa Timur, khususnya Pulau Madura sedang melonjak. Apalagi sudah ada varian baru virus Covid-19 asal India, yang lebih berbahaya dan mudah penyebarannya. Wakil Walikota Surabaya, Armuji, saat itu tengah berada di Balai Kota. Dia menceritakan bagaimana virus Covid-19 membuat susah hidup orang.
Dia menyesalkan aksi warga Madura yang seolah tak takut Covid-19. Padahal penyekatan Suramadu adalah tindakan preventif pemerintah untuk mengurangi penularan dan penyebaran Covid-19 di Surabaya dan Pulau Madura.
“Penyebaran yang baru ini cepat sekali. Bahaya ini memang,” kata Armuji di kantor redaksi Ngopibareng.id, Rabu 23 Juni 2021.
Mantan Ketua DPRD Kota Surabaya itu bisa menceritakan bagaimana bahayanya Covid-19. Sebab, dia sendiri merupakan penyitas. Armuji terpapar Covid-19 saat kampanye Pilwali Kota Surabaya. Dia sempat mendapatkan perawatan medis di ICU Negative Pressure salah satu rumah sakit Surabaya.
Armuji pun menceritakan kepada Arif Afandi, CEO Ngopibareng.id, bagaimana pengalamannya ketika 14 hari mendapat perawatan Covid-19.
“Selama hidup saya, ini penyakit yang paling ngeri yang pernah saya kena. Padahal kita ini sudah berusaha menjaga protokol kesehatan, tapi ya tetap kena. Makanya itu saya itu bilang ke teman-teman, ayo semakin perketat prokes. Ini jauh lebih bahaya,” katanya.
Selama di rumah sakit, Armuji mengaku bukan hanya badannya atau fisiknya saja yang terserang. Namun juga kondisi mental. Selama dua minggu di rumah sakit, ia harus terpisah dari istri, anak, dan cucunya.
Armuji nelangsa ketika tak bisa lagi bermain dengan cucunya yang masih usia satu tahun. Ia hanya bisa berkomunikasi lewat video call. Miris, begitu pengakuan Armuji. Hatinya serasa teriris melihat cucunya yang begitu lucu hanya lewat sambungan ponsel.
Tak hanya itu, Armuji juga tak bisa membedakan mana dokter dan perawat di rumah sakit tersebut. Karena keduanya menggunakan baju hazmat, alat pelindung diri untuk merawat pasien Covid-19.
Ketika terjangkit Covid-19, Armuji merupakan salah satu pasien yang mengalami gejala berat. Ia sempat sesak napas. Pernapasannya harus dibantu ventilator agar bisa kembali normal. Armuji berkelakar, hidupnya saat itu hanya 20 persen. Kemungkinan meninggal dunia sangat besar. Namun Tuhan masih memberinya kesempatan hidup.
“Ini beneran Cak Arif, saya pakai ventilator. Dirawat di rumah sakit itu nggak enak sekali waktu kena Covid-19. Saya bisa sehat dan hidup ini karena ada mukjizat dari Tuhan,” ungkap Armuji.
Ia juga menceritakan pengalaman melihat genderuwo di rumah sakit. Benarkah? Simak selengkapnya di podcast Arif Afandi bersama Armuji di kanal Ngopibareng.id dalam waktu dekat!