Arif Afandi: Konsistensi Itu Perlu dan Seniman Punya Itu
Dunia seni, dibandingkan dengan denyut pembangunan infrastruktur, bisa dibilang bukan ukuran yang bisa diperbandingkan. Yang satu lambatnya bukan main, sementara satunya melaju bak roket dilepas. Melesat bukan main.
Tapi dunia seni tetap perlu. Dan selalu diperlukan. Bahkan, barangkali, juga harus selalu diperjuangkan. Betapa pun lambatnya denyut itu.
Itu, sebutannya yang tepat, mungkin adalah konsistensi. Hanya konsistensilah yang membuat dunia seni, khususnya seni rupa, tetap hidup.
"Seperti November Art di Darmokali 14-16 ini. Coba bisa dibayangkan, bagaimana menggelar pameran hampir sebulan penuh. Hingga akhir November nanti. Ini sungguh pekerjaan yang luar biasa bulan main. Kalau tidak ada konsistensi bagaimana ini bisa terjadi," kata Arif Afandi, salah satu tokoh Surabaya, pecinta seni, sekaligus CEO Ngopibareng.id.
Jadi, lanjut Arif Afandi, Kota Surabaya, yang Metropolitan ini, sangat perlu berterima kasih kepada para seniman lukis ini. Yang menggelar November Art ini. Yang sebulan penuh ini. Yang bahkan tanpa sponsor ini.
"Sekali lagi, ini bukan main. Saya ngeri lho. Ngeri dengan kerja seni seperti ini. Ngeri dengan para seniman di Koperjati yang begitu mampu menghidupkan seni di Surabaya yang boleh dibilang kering kerontang oleh peristiwa seni ini. Saya ikut berdoa dan berharap agar November Art ini menjadi ispirasi bagi hidupnya seni lainnya di Surabaya," kata Arif Afandi.
Satu lagi, kata dia, mengumpulkan seniman untuk menggelar karya bersama seperti ini, lagi-lagi, bukan kerja sembarangan. Sungguh tak kain-main 36 pelukis bisa bersama seperti ini.
"Setahu saya, baru Pasar Seni Lukis Indonesia, yang juga baru selesai menggelar even di JX International Oktober lalu yang berhasil mengumpulkan seniman lukis begitu banyak. Jadi, selamat buat Koperjati, selamat berpameran, selamat menjaga konsistensi, dan semoga ada kolektor yang mampir dan memborong lukisan."
Ketua Panitia November Art, Saiful Mujib Ma'ruf, mengatakan, acara November Art ini digelar untuk menandai Surabaya. Bahwa, art di Surabaya terus ada, selalu ada, dan terus diperjuangkan ada.
Mengapa November? Tak lain adalah ikut meneladani semangat Pahlawan yang banyak gugur di November itu. Yang kemudian dikenal Hari Pahlawan itu.
"Sebab itu nyaris sebulan penuh pameran bersama Koperjati ini digelar. Agar keteladanan para pahlawan itu juga menulari kita agar pantang untuk menyerah," kata Saiful Mujib.
Menurut Saiful, semua karya yang dipamerkan semua berhubungan dengan tema November. Bercerita, berartistik kepahlawanan. "Sebenarnya panitia tidak mengarahkan, tapi karena temanya pas November, seperti sudah ter-frame para pelukis menyerahkan karya-karya dengan denyut inspirasi kepahlawanan 10 November.
November, kata salah seorang pelukis senior yang ikut berpameran, adalah seremoni besar sekarang ini. Hanya peringatan. Hanya pas 10 November. Hanya diperingati sehari itu. Nah, seniman tidak ingin terjebak dalam seremoni itu. Sebab itu, semua pelukis yang ikut jadi peserta pameran, selama sebulan penuh sepakat untuk menyatukan karya di November Art ini. Sukses, Merdeka! (idi)