Arah Pendidikan yang Pragmatis, Generasi Muda Terasing Identitas
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengingatkan, akibat dari kurikulum pendidikan yang pragmatis, tanpa sadar secara perlahan tercerabut sekaligus terasing dari akar budaya dan kearifan lokal tempat tinggalnya masing-masing.
“Saya sering menyampaikan catatan kritis misalnya bagaimana anak-anak yang tinggal di daerah pantai tapi tidak bisa berenang. Anak-anak yang tinggal di daerah pegunungan misalnya di Lembang, Jawa Barat tidak mengerti mengenai kultur per-teh-an,” tutur Mu'ti, dalam keterangan Jumat 3 September 2021.
Perlu Kecakapan demi Kebutuhan Pasar
Kebutuhan pasar yang sekadar memerlukan kecakapan hard skill menurut Mu’ti tak sepatutnya membuat pendidikan nasional meminggirkan pendidikan karakter dan soft skill, padahal soft skill menurut Mu’ti lebih punya daya tahan lebih kuat dibandingkan dengan hard skill.
“Hard skill itu secara teknis mungkin relatif lebih mudah untuk kita pelajari karena terkait dengan banyak hal yang berkaitan dengan training.
Sedangkan soft skill itu berkaitan dengan education di mana kita membentuk manusia yang berkepribadian, manusia yang karakter Indonesia dengan berbagai macam rumusan yang diatur dalam Perpres itu ketika kita bicara mengenai penguatan karakter Indonesia. Pada titik itulah yang seharusnya kita bangun,” tuturnya.
Terputus dengan Tempat Tinggalnya
Seperti telah disampaikan di awal, kerisauan Mu’ti muncul setelah menyaksikan sendiri bagaimana generasi muda di pegunungan dan kawasan pesisir yang terputus dengan tempat tinggalnya.
“Sehingga dalam sebuah kesempatan, saya berkunjung ke sebuah perkebunan teh di Lembang itu ada sesuatu yang membuat saya bangga sekaligus sedih ketika teh-teh yang hebat berasal dari Lembang itu ternyata tidak dinikmati oleh anak-anak kita,” ungkap Mu’ti.
Ke depan, Mu’ti berharap pendidikan nasional berbenah dengan menguatkan kurikulum yang memicu eksplorasi terhadap identitas budaya dan kearifan lingkungan setempat.
“Pendidikan kita ke depan itu menurut saya perlu terus kita kembangkan semakin dekat dengan lingkungan alam di mana generasi muda kita ini tumbuh. Sehingga dengan semakin dekat itu mereka akan menjadi generasi yang cinta dengan alam dan kemudian bangga dengan alam tempat mereka berada.
"Kemudian mengembangkan potensi kekayaan alam yang dimiliki ini untuk bisa untuk kesejahteraan mereka sehari-hari dan untuk kemajuan bangsa,” jelas Mu’ti, dalam forum diskusi bersama PB PGRI.
BSNP dan Rumusan ke Depan
“Dalam istilah yang kami rumuskan di BSNP, itu adalah bagaimana pendidikan ini memberikan kecakapan, kompentensi, skill dan karakter bagaimana mereka bisa mengembangkan kehidupan dan penghidupan,” tambahnya.
“Karena itu dalam kaitan kita melakukan upaya-upaya ke depan, pendidikan kita ini menurut saya harus senantiasa kita tautkan, kita integrasikan dengan apa yang kita miliki sebagai bangsa.
Nilai-nilai bangsa yang luhur ini harus tetap kita wariskan kepada anak-anak kita, kepada generasi bangsa kita supaya apa yang kita miliki ini bisa menjadi modal tidak hanya modal ekonomi dan politik, tapi juga modal untuk membangun kecerdasan bangsa,” tutur guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.