Aplikasi Kancadele: Solusi Bagi Para Petani Kedelai
Saat ini, harga kedelai lokal menjadi lebih mahal daripada kedelai impor. Hal ini karena Indonesia masih mensuplai kedelai dari impor.
Menilik hal itu, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya merancang sebuah aplikasi bisnis untuk memberikan solusinya. Aplikasi itu bernama Kancadele.
Ketiga mahasiswa dari Departemen Teknik Industri ITS ini adalah Muhammad Arif Setiadi, Nur Aeni Elmi, dan Asma’ul Khusna. Salah satu anggota tim, Muhammad Arif Setiadi, mengatakan jika nama Kancadele diambil dari bahasa Jawa.
Kancadele sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yakni kanca yang berarti teman, dan dele yang merupakan pengucapan kata kedelai dalam bahasa Jawa. “Melalui nama tersebut diharapkan aplikasi Kancadele ini dapat menjadi ‘teman’ bagi petani kedelai dan pelaku industri kacang kedelai di Indonesia,” ungkapnya, Sabtu 29 Desember 2018.
Mahasiswa yang akrab disapa Arif ini, mengatakan jika kualitas kedelai lokal saat ini masih belum bisa bersaing dengan kedelai impor. “Oleh karena itu, aplikasi Kancadele ini kami hadirkan untuk membantu pemasaran kedelai lokal dan edukasi untuk petani kedelai lokal,” kata Arif.
Menurutnya, aplikasi Kancadele ini akan membantu menyederhanakan rantai pasok antara petani kedelai lokal dengan pengrajin olahan kedelai. Sehingga harga asli kedelai dari petani tidak dapat berubah atau meningkat karena dipengaruhi oleh para tengkulak, seperti distributor dan wholesaler.
Tak hanya itu saja, visi dari aplikasi ini juga bisa membantu produk kedelai lokal Indonesia untuk menjadi lebih unggul daripada produk impor.
“Dengan begitu, Kancadele dapat membantu menyejahterakan petani kedelai, dan Indonesia tidak ketergantungan dengan kedelai impor,” tuturnya.
Berbekal ide bisnis itu, tim ini pun telah sukses meraih dua gelar juara sekaligus sebagai juara kedua dan ketiga pada kompetisi ide bisnis, beberapa waktu lalu. Kedua kompetisi itu adalah Business Plan Competition Hology (House of Technology) dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya dan pada ajang Agribusiness Business Plan Competition (ABPC) 2018 dari Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. (amm)
Advertisement