Apel Akbar Muhammadiyah, Haedar Ingatkan Ciri Islam Berkemajuan
Bertindak sebagai Inspektur Apel Akbar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta, Minggu 13 November 2022 di Balaikota Yogyakarta, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Sang guru besar pimpinan ormas terbesar kedua setelah NU ini, mengingatkan, ciri Islam yang Berkemajuan sebagaimana dasarnya yang diletakkan oleh KH. Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah.
Mengungkapkan sejarah KH Ahmad Dahlan yang mengukur arah kiblat Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, kata Haedar, bisa dikatakan sebagai salah satu ciri Islam yang Berkemajuan.
Bukan perdebatannya, melainkan digunakan ilmu untuk meninjau urusan kehidupan termasuk yang beririsan dengan agama.
“Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan merupakan pelopor Tajdid, pembaruan yang mengubah alam pikiran yang tradisional, yang tertinggal, jumud, stagnan dan statis, menjadi pemikiran Islam dan warga bangsa yang maju, mau berubah dan berorientasi ke masa depan,” ungkapnya.
Seluruh Umat Islam
Dasar-dasar pemikiran tersebut saat ini bukan hanya digunakan oleh Muhammadiyah saja, tapi oleh seluruh umat Islam. Bahkan pemikiran Kiai Dahlan tersebut memberikan pengaruh ke manca negara.
Meski dulu sempat ditolak, namun saat ini gagasan Kiai Dahlan dalam membenarkan arah kiblat telah diikuti oleh seluruh Umat Islam, saat ini hal itu menjadi praktek hidup beribadah umat Islam di Indonesia.
Ciri Islam yang Berkemajuan, lanjut Haedar, ialah hadirnya Agama Islam di setiap sendi kehidupan manusia dan menjadi solusi atas segala masalah yang dihadapi oleh manusia masa kini dan masa depan.
Melalui pemahaman tersebut Muhammadiyah hadir dengan lembaga pendidikan, kesehatan, sosial dan masih banyak lagi yang lainnya.
“Yang semuanya itu dirintis oleh Kiai Dahlan untuk memadukan pemikiran keagamaan dengan ilmu pengetahuan dan cara-cara modern,” imbuhnya.
Muhammadiyah sejak masa awal menghendaki adanya integrasi ilmu-ilmu, termasuk antara ilmu agama dan umum. Kehendak tersebut memang di masa awal mendapat penolakan, tetapi zaman bergerak ke arah modern dan kini pemikiran tersebut menjadi praktek hidup umat Islam tanpa terkecuali.
Pemikiran tersebut melahirkan banyak Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) untuk melayani masyarakat secara umum. Model gerakan ini juga diadopsi oleh gerakan-gerakan Islam lain.Saat ini bukan hanya ada di Indonesia, AUM tersebut juga tersebar di beberapa negara, termasuk di Malaysia, Australia, Mesir dan yang lain.
“Di antaranya bahkan ada yang berlabel sekaligus memperoleh pengakuan internasional, tinggal kita sendiri harus ada kebanggaan, harus ada pride bahwa milik kita ini adalah sesuatu yang berharga. Jangan seperti kata pepatah, rumput hijau milik kita terasa kering dan kuning. Sementara milik tetangga biarpun kuning tampak hijau,” ungkapnya.
Secara khusus, Haedar berpesan kepada alumni Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah harus bangga apabila bisa diterima untuk studi tingkat tinggi di Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA). Ia beralasan karena kualitas yang dimiliki oleh PTMA tidak kalah dengan PTN maupun PTS yang lain, bahkan ada yang lebih. “Termasuk ke warga Muhammadiyah keseluruhan, rawat apa yang kita miliki ini untuk kita majukan.
Tentu kita tidak cukup puas dengan apa yang kita miliki ini, tugas kita adalah memajukan pada masa yang akan datang supaya lebih baik lagi,” ujarnya.
Dalam Apel Akbar Muhammadiyah ini, tak disebutkan besaran peserta yang mengikuti. Beda dengan Apel Akbar Kader NU yang berlangsung di Lapangan Kanjeng Sepuh Sidayu, Kabupaten Gresik, Kamis pagi tanggal 10 November 2022, berepatan dengan Hari Pahlawan, yang melibatkan 30 ribu kader. Tepatnya, 20.900 kader NU, sesuai data yang masuk ke Panitia Peringatan 100 Tahun NU.