Aparat dan Massa ‘Bentrok’ di Depan Kantor Walikota Probolinggo
Massa tidak terima dengan hasil pemilihan umum (Pemilu) melakukan aksi demonstrasi di depan Kantor Walikota Probolinggo di Jalan Panglima Sudirman, Kota Probolinggo, Selasa, 17 Oktober 2023. Ratusan massa yang awalnya berorasi dan meneriakkan ketidakpuasan hasil pemilu kemudian bergerak beringas.
Bahkan sebagian massa berusaha membakar mobil polisi. Personel Dalmas Polres Probolinggo Kota berusaha membubarkan aksi massa dengan menyemprot air melalui meriam air (water cannon).
Massa akhirnya bisa dikendalikan dan sejumlah provokator penggerak massa diamankan.
Itulah sekilas simulasi pengamanan Pemilu 2024 yang digelar Polres Probolinggo Kota bersama Kodim 0820, KPU, Satpol PP, serta sejumlah instansi lain.
Kapolres Probolinggo Kota, AKBP Wadi Sa'bani mengatakan, simulasi yang digelar Selasa sore itu untuk mengedukasi masyarakat terkait tahapan-tahapan pemilu. Masyarakat juga diingatkan untuk tidak bertindak destruktif menyikapi hasil pemilu.
Selain simulasi pengamanan yang melibatkan 600 personel gabungan, Polres Probolinggo Kota juga telah melakukan pemetaan (mapping). “Tujuannya agar potensi ancaman dapat segera ditindaklanjuti sehingga tidak terjadi gangguan kamtibmas," ujar AKBP Wadi.
Kerusuhan Pilkada 2013
Seperti diketahui, kerusuhan benar-benar terjadi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Probolinggo, Jumat malam, 30 Agustus 2013 silam. Saat itu, ratusan massa merusak Kantor Kelurahan/Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.
Sebuah mobil Polres Probolinggo Kota ludes dibakar massa yang menuntut pencoblosan ulang di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kelurahan Mayangan. Hingga Sabtu dini hari, 31 Agustus 2013, suasana di Jalan Ikan Hiu itu masih mencekam.
Sejumlah personel polisi dan TNI berjaga-jaga di depan Kantor Kelurahan Mayangan yang dipenuhi bangkai kendaraan yang dibakar, pecahan kaca, bata, batu, bambu, potongan kayu berserakan di badan jalan.
Sekitar enam satuan setingkat kompi personel kepolisian dan TNI diturunkan. Berdasarkan informasi yang dihimpun, kericuhan bermula dari kedatangan ratusan orang ke Kantor Kelurahan Mayangan untuk memprotes rusaknya segel kotak suara yang ada di kantor kelurahan.
Massa juga mempertanyakan, paku coblosan serta bantalan coblosan yang berada di luar kotak suara. Mereka sempat menduduki Kantor Kelurahan Mayangan sebelum kemudian berhasil digiring menjauh karena mulai melakukan perusakan pada Jumat malam sekitar pukul 22.00 WIB.
Massa kemudian berkonsentrasi di simpang lima Jalan Ikan Hiu. Aksi anarkistis massa berlanjut dengan membakar mobil polisi serta menggulingkan mobil Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Probolinggo.
Polisi sampai menembakkan gas air mata pada kerumunan massa yang mencoba merangsek maju dan melakukan perusakan. Baru sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, ratusan orang tersebut kocar-kacir dan berhasil dipukul mundur aparat kepolisian.
Pemilihan Umum Walikota Probolinggo digelar Kamis, 29 Agustus 2013, bersamaan dengan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur. Pemilihan Walikota Probolinggo ini diikuti empat pasangan calon wali kota dan wakil wali kota. Yakni Rukmini-Suhadak yang diusung PDIP, Demokrat, Hanura; Zulkifli Chalik-Maksum Subani diusung Partai Golkar; Habib Hadi Zainal Abidin-Kusnan yang diusung PKB; dan Dewi Ratih-Asad Anshari yang diusung PKNU.
Sebelumnya, Kamis malam, 29 Agustus 2013, tim pemenangan Rukmini-Suhadak (Harus Pas) merilis hasil penghitungan cepat (quick count) pemilihan walikota. Dalam rilisnya tersebut, tim pemenangan Harus Pas ini mengklaim telah memenangi pemilihan wali kota dengan prosentase 38,11 persen suara. Pada urutan kedua ada Zulikifli Chalik-Maksum Subani dengan 30,50 persen.
Posisi ketiga ditempati pasangan Dewi Ratih-Asad Anshari (Deras) dengan 17,93 persen. Adapun posisi keempat Habib Hadi Zainal Abidin-Kusnan (Handalanku) dengan 13,47 persen suara.