Apakah Kata-kata Buruk Perlu Dibalas yang Sama?
Kata-kata buruk sering meluncur dari seseorang. Bisa disebar melalui media sosial, seperti HP melalui facebook, pesan pendek, dll. Tentu ini persoalan kita bersama, yang hidup di zaman yang tak bisa lepas dari handphone dan alat komunikasi sehari-hari.
Pada sufi kerap sekali memberikan perumpamaan terhadap suatu masalah. Termasuk terhadap masalah dunia.Kali ini, renungan kecil tentang dunia bagai gunung bersalju.
Bagaimana maknanya? Berikut penjelasan KH Husein Muhammad, penulis buku Gus Dur Sang Zahid ini.
Apakah kata-kata buruk perlu dibalas dengan kata-kata yang sama?.
Mungkin dipandang wajar dan adil jika orang yang berkata-kata buruk dan menyakitkan hati dibalas dengan cara yang sama. Jika tidak begitu dia akan makin berani dan melonjak. Begitu yang biasa kita dengar dalam perbincangan di masyarakat. Tetapi Syeikh Syamsi Tabrizi, sufi misterius itu menyampaikan pandangan lain. Mungkin kontoversial. Ia mengatakan :
يشبه هذا العالم جبلًا مكسوًا بالثلج، يردد صدى صوتك، فكل ما تقوله سواء أكان جيدًا أم سيئًا سيعود إليك على نحو ما. لذلك إذا كان هناك شخص يتحدث بالسوء عنك، فإن التحدث بالسوء بالطريقة نفسها عنه يزيد الأمور سوءًا. وستجد نفسك حبيس حلقة مفرغة من طاقة حقودة. انطلق وفكر طوال أربعين يومًا وليلة بأشياء لطيفة عن ذلك الشخص. إن كل شيء سيصبح مختلفا في النهاية، لأنك ستصبح مختلفا في داخلك.
Dunia ini bagaikan gunung bersalju yang menggaungkan suaramu. Apa pun yang kau ucapkan, baik atau buruk, akan memantul kepadamu. Oleh karena itu, bila ada seorang yang berkata-kata buruk tentangmu, dan kau mengatakan sesuatu yang sama buruknya tentang orang tersebut, maka itu hanya akan memperbesar masalah. Kau akan terperangkap dalam lingkaran energi buruk. Ketimbang demikian, akan lebih baik bila selama empat puluh hari empat puluh malam kau mengatakan dan memikirkan hal-hal yang baik tentang orang itu. Di akhir empat puluh hari itu, semua akan berbeda, karena (suasana jiwa) dirimu pun akan berbeda.
Seorang teman bertanya, bagaimana menurutmu pandangan sang darwish pengembara ini?. Oalah. Mungkin hanya para Nabi dan orang suci yang menyetujuinya dan senang. Aku akan memikirkannya dalam waktu yang panjang.
Demikian pesan KH Husein Muhammad, Cirebon (05.09.2020)