Apa Saja Peluang Ekspor ke Saudi? Ini jawabannya!
Jakarta — Arab Saudi saat ini telah mengalami banyak perubahan. Berbagai kebijakan pembaruan telah dilakukan. Sejalan dengan kebijakan baru Arab Saudi yang membuka keran kebebasan wanita untuk mengendarai mobil, mendirikan perusahaan tanpa izin suami, dan lain-lain, peluang ekonomi menanti Indonesia.
Tapi apa saja peluang ekspor yang bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha Indonesia? Konsul Jenderal RI di Jeddah Dr. M. Hery Saripudin memberikan edukasi tentang kiat berbisnis dan potensi pasar Arab Saudi. Edukasi tersebut disampaikan pada seminar yang dihadiri para pengusaha anggota Kadin dan otoritas Indonesia terkait di Jakarta (26 /10).
Seminar dipandu oleh Kepala Pusat Penanganan Isu Strategis (Kapuspitra) Kementerian Perdagangan Jully Paruhum Tambunan. KJRI Jeddah menghadirkan para ahli makanan dan obat-obatan Saudi, Musa Suliman Al-Faifi dan Ali Al-Khalaf.
Konjen Hery Saripudin mengajak para pengusaha Indonesia untuk semakin melirik pasar Arab Saudi. Konjen RI menggarisbawahi peluang pasar Saudi bagi produk ekspor non-migas Indonesia khususnya di bidang makanan, obat-obatan dan kosmetik.
Sebenarnya, menurut Konjen Hery, salah satu peluang pasar yang terbuka menyusul kebijakan Saudi ini ada di industri otomotif karena permintaan pasar bertambah setelah wanita diizinkan mengendarai mobil.
Namun, Konjen RI juga optimistis dunia busana dan kosmetik Arab Saudi akan berkembang. Berpacu dengan moderatisme kebijakan Kerajaan Arab Saudi yang membolehkan kaum hawa menambah aksesoris dan multi-warna pada abaya mereka di depan umum. Abaya yang merupakan kain/pakaian luar penutup aurat perempuan sebelumnya hanya diperbolehkan berwarna hitam.
Lebih lanjut, Konjen Hery juga yakin bahwa seirama dengan perubahan yang ada, bidang kepemudaan dan hiburan akan memberikan peluang bagi industri kreatif Indonesia untuk bermain di pasar Arab Saudi. Apalagi, bioskop kini telah dibuka di Riyadh, ibukota Arab Saudi.
Dalam seminar tersebut, Konjen mencontohkan Kimia Farma yang menjadi perusahaan Indonesia pertama yang berinvestasi di bidang obat-obatan di Saudi. “Dengan 34 gerai apotek yang ada di tiga kota Saudi, Kimia Farma menjadi yang pertama dari Indonesia melirik peluang yang ada,” terang alumnus HI Fisipol UGM ini.
Konjen juga menyoroti peluang hadirnya 1,4 juta jamaah umrah dan haji asal Indonesia setiap tahun. Mereka merupakan konsumen loyal produk-produk Indonesia di Arab Saudi. “Angka ini belum ditambah warga Indonesia lainnya yang menetap dan bekerja di Saudi sejumlah sekitar 350 ribu orang lebih,” jelas Konjen RI yang bulan ini genap bertugas dua tahun di Jeddah.
Konjen juga menjelaskan bahwa pihaknya serius memanfaatkan peluang dari ritual tahunan haji dan umrah ini bagi peningkatan ekspor Indonesia. Salah satunya, Pemerintah Indonesia mulai tahun 2018 mencantumkan kewajiban peserta tender penyedia catering haji untuk menggunakan bahan baku produk Indonesia.
Sementara itu, dua narasumber dari Arab Saudi yang hadir dalam seminar ini menerangkan tentang teknis dan prosedur impor Arab Saudi. Musa menjelaskan pentingnya proses registrasi barang makanan impor, memahami peran lembaga Saudi yang berwenang. Dan masa waktu proses izin serta registrasi setelah produk tiba dan persyaratan lainnya di Saudi.
Musa juga mengungkapkan bahwa calon ekpsorter harus menggunakan bahasa Arab dalam deskripsi produknya. Termasuk mengisi kolom-kolom yang diminta pada saat registrasi online seperti nomor HS, country of origin, target usia dan target penggunaan produk, dan lain-lain.
Kehadiran para narasumber Saudi ini merupakan bagian dari upaya KJRI Jeddah untuk membantu para calon eksportir Indonesia melakukan penetrasi pasar di Saudi. Dr. Gunawan, Direktur Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Jeddah, menjelaskan KJRI Jeddah menyadari bahwa banyak kendala yang dihadapi pengusaha Indonesia di Saudi, terutama terkait standar impor. Oleh karena itu, penjelasan teknis dari pakar Saudi diharapkan membantu.
“Disamping itu, KJRI Jeddah juga terus menggalang kerja sama dengan Saudi Food and Drug Authority dan Saudi Accreditation and Standardization Organization (SASO) terkait dengan keberterimaan hasil pengukuran, dan pengujian standar halal produk Indonesia,” tandas Gunawan.
Di penghujung seminar, Konjen RI berpesan bahwa pihaknya di KJRI Jeddah membuka diri untuk membantu dan berbagi informasi kepada para pengusaha Indonesia terkait peluang dan tantangan pasar Kerajaan Arab Saudi. (erwan widyarto)
Advertisement