Apa Kabar Tembakau, Masihkah Dia Primadona?
Sudah lama tak melihat koboi naik kuda mencoklang gagah di televisi. Iklan keren itu. Sudah agak lama juga tak melihat petualangan anak-anak muda, ber-adventure, turun naik gunung dengan jeep lawas yang memesona. Iklan juga. Dan masih banyak lagi. Pada kemana mereka?
_______________
Regulasi penyiaran terkait iklan rokok sudah agak lama berlangsung. Dan, kini, tak ada lagi iklan-iklan rokok - produk rokok tertentu - bebas wira-wiri di televisi di jam-jam prime time.
Tak ada lagi juga acara-acara off air yang mampu menyedot massa dalam jumlah besar berlabel produk rokok. Kampus-kampus, mahasiswa-mahasiswa, yang biasanya sangat sering disuport kegiatan dengan imbal balik branding produk rokok juga sudah mati plethes.
Intinya, produk-produk berbahan baku tembakau ini dicegat cukup dahsyat nyaris di semua lini. Lalu, setelah cegatan-cegatan itu berlangsung, seperti apa nasib tembakau kini? Masihkan dia primadona? Masihkah ada petani yang berharap tembakau seperti daun emas?
Madura, bagaimana Madura? Atau wilayah Jawa Timur yang lain sebagai penghasil tembakau, bagaimana mereka?
Tetnyata, tanam tembakau masih berlangsung di sawah-sawah petani. Demikian juga dengan panennya, masih sangat diharapkan untuk perbaikan ekonomi oleh petani.
Meski banyak cegatan-cegatan soal tanam dan produk hilir tembakau, hingga kini, manisnya hasil panen tembakau cita rasanya masih terap terasa kuat. Maka, tak heran, jika primadona petani Jawa Timur itu masih bernama daun tembakau.
Sedikit nengok ke belakang, di Indonesia, sudah lama tembakau juga dijuluki daun emas. Komoditas ekspor tradisional yang telah diusahakan sejak 140 tahun silam. Hingga kini, tembakau masih merupakan penghasil devisa non migas yang masih sangat digdaya, dan Jawa Timur merupakan kontributor utama dalam ekspor tradisional tersebut.
Produksi tembakau dunia saat ini terkonsentrasi hanya pada empat negara. Masing-masing adalah Cina, Brazil, India dan Amerika Serikat. Berdasar data FAO, keempat negara ini memproduksi hampir 2/3 suplai daun tembakau dunia. Angka pastinya, lebih dari 4 juta ton daun tembakau setiap tahunnya. Sedangkan total jenderal produksi tembakau dunia sebesar 6.340.620 ton.
Bagi Indonesia tembakau merupakan komoditas ekspor tradisional yang telah diusahakan sejak 140 tahun lalu. Hingga kini tembakau merupakan salah satu penghasil devisa non migas yang cukup menjadi andalan. Kontribusi Indonesia untuk tembakau dunia hanya sekitar 150.000 ton, atau hanya sekitar 2,3% saja dari suplai dunia.
Disamping penghasil devisa negara, produksi tembakau sebagian besar diserap oleh perusahan rokok nasional. Ini sangat berdampak positif bagi berjalannya perekonomian nasional. Saat ini, setiap tahunnya Indonesia memproduksi rokok rata-rata 200 miliar batang. Sebagian besar adalah rokok kretek, yaitu 86-89% dan 11-14% rokok putih. Kekuatan industri rokok kretek terletak pada bahan baku yang digunakan, 85% berupa tembakau lokal sehingga tidak bergantung atau terpengaruh situasi perdagangan tembakau dunia.
Produksi tembakau Indonesia hampir seluruhnya atau sekitar 96% berasal dari tiga provinsi. Masing-masing Jawa Timur, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Provinsi penghasil tembakau terbanyak adalah Jawa Timur, yaitu 56%, kemudian Jawa Tengah (23%) dan NTB (17%) serta sisanya dihasilkan oleh Daerah Istimewa Jogjakarta, Sumatera Utara, Jawa Barat dan Bali.
Di Jawa Timur setidaknya terdapat 20 Kabupaten membudidayakan tanaman tembakau sebagai produk pertanian, dan Kabupaten Jember merupakan kabupaten dengan produksi dan luas areal tembakau yang terbesar di wilayah timur. Sedangkan Kabupaten Bojonegoro untuk wilayah barat dan Kabupaten Pamekasan untuk wilayah Madura.
Luas lahan tembakau menurut jenis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Voor-Oogst dan Na-Oogst. Voor-Oogst adalah kelompok tembakau yang biasa ditanam pada musim hujan dan dipanen pada musim kemarau dan kelompok Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim kemarau dan di panen pada musim hujan.
Luas Lahan tembakau Na-Oogst di Indonesia sekitar 16 ribu hektar. Kelompok tembakau ini terdiri dari beberapa jenis yaitu Deli, Vorstenlanden dan Besuki-NO. Jenis tembakau Besuki NO yang mendominasi tembakau Na-Oogst.
Tembakau Na Oogst yang berorientasi pada pasar ekspor mengalami trend yang kurang stabil dikarenakan naik turun mulai tahun 1998. Tahun 2003 penurunan makin luar biasa, ditandai kemerosotan produksi mencapai setengah dari produksi sebelumnya. Penurunan itu terus berlanjut sampai pada tahun 2007.
Namun beberapa tahun terakhir penggunaan tembakau Madura meningkat sehingga areal penanamannya juga meningkat pesat. Dari semula 40.000- 50.000 ha menjadi 60.000-70.000 ha/tahun. Wilayah pengembangannya adalah 45% di Pamekasan, 33% Sumenep, dan sisanya berada di Sampang. Perkiraan penggunaan tembakau Madura dalam racikan (blend) meningkat dari 14-22% menjadi 25-30%. Fenomena ini membuat petani berbondong-bondong menanam tembakau rakyat.
Jenis tembakau rakyat yang banyak ditanam itu adalah tembakau Virginia. Setidaknya 42,1 ribu ha dari total luas lahan tembakau di Indonesia digunakan untuk menanam tembakau Virginia. Jenis tembakau yang lebih banyak digunakan sebagai bahan baku rokok putih ini banyak ditanam di Jawa Timur yaitu 23,4 ribu ha dan di NTB 18 ribu ha. (idi/bersambung)