Anwar Hudijono: Bangsa Ini Seperti Naik Kapal Hantu
Bangsa Indonesia itu seperti penumpang kapal pesiar, nyaman, indah tapi berubah menjadi kapal hantu. Akhirnya kehidupannya seperti dicekam ancaman dari hantu ke hantu. Dibayangi ketakutan. Rasionalisme jadi tumpul.
“Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden besok Ahad, 20 Oktober 2019 ini kan mestinya disambut suka cita oleh seluruh anak bangsa karena telah sukses menyelenggarakan agenda bangsa lima tahunan. Seharusnya disyukuri karena pelantikan presiden dan wapres ini juga rahmat Allah. Tapi nyatanya suasana kebatinan bangsa seperti mau ada perang saja,” kata Anwar Hudijono, wartawan senior dalam dialog di TVRI Jatim, Jumat siang.
Menurut Anwar, terjadinya suasana ini karena ada derasionalisme kehidupan bangsa. Dalam arti penghilangan atau penafian rasionalisme. Hal yang mestinya masuk akal malah jadi lekang dari akal. Pelantikan presiden dan wapres itu adalah suatu yang rasional. Semua bisa diperhitungkan, termasuk kemungkinan gangguan dan ancaman. Antisipasinya pun disesuaikan dengan tingkat gangguan dan ancamannya.
“Apa benar ada ancaman dalam skala nasional sehingga seluruh Indonesia harus siaga. Pelantikannya kan di Jakarta. Mengapa kota-kota yang sangat jauh, terpencil juga harus siaga. Mestinya rakyat bukan dikemas dalam suasana siaga. Tapi justru ciptakan suasana gembira, bahagia untuk menyambut pelantikan ini. Yang suka dangdut biar berdangdut. Yang suka istigotshah biarkan istighotsah. Yang suka jaranan biarka jaranan. Biarlahnya rakyat bergembira dengan ketermasing-masingannya. Jangan dipaksa untuk mengikuti acara tertentu,” katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini sudah tidak ada alasan yang rasional untuk ketakutan. Aparat keamanaan sangat sigap, siap. Ancaman demo mahasiswa sudah dikendalikan. Apalagi islah Jokowi-Prabowo berdampak mengikis pembelahan masyarakat secara berhadap-hadapan.
Di samping derasionalisme bangsa, Anwar melihat pelantikan presiden dan wakil presiden ini juga diwarnai irrasionalisme. Hal yang tidak masuk akal. Ia mencontohkan, menjelang pelantikan ada suara di masyarakat bahwa 20 Oktober itu hari sial. Menurut perhitungan pasaran Jawa, jatuh pada Ahad Pon yang bernilai 12. Angka 12 itu dikaitkan dengan istilah celaka 12. Dalam perhitungan primbon, hari itu jatuh pada hitungan jotho yang berarti kosong atau tanpa hasil.
Contoh lain, dua hari menjelang pelantikan virral keras video Ki Sabdo. Dalam video beredurasi 2,16 menit terlihat laki-laki tua berbaju hitam, belangkon wulung atau hitam, tampak duduk tepekur di teras Gedung Nusantara V DPR RI.
Ki Sabdo mengatakan, dirinya sedang melakukan ritual terakhir, gladi resik. Mengecek anak buahnya di tempat pelantikan yaitu Ratu Laut Selatan alias Nyai Roro Kidul, Nyi Blorong, Jin Kayangan dan lain-lain. Mereka bertugas di dalam gedung maupun sekitarnya untuk mengamankan pelantikan Presiden dan Wapres. Dia sesumbar yang menghalangi pelantikan akan berhadapan dengan anak buahnya itu.
Anwar khawatir jangan-jangan derasionalisme dan irrasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini memang ada yang mendisain dan memproduksi. Misinya agar bangsa ini seperti menjadi penumpang ghost fleet, kapal hantu.
“Kenapa saya sebut Ghost Fleet karena setiap saat kita ini ini dijejali informasi yang jauh dari rasional. Kita dijejali informasi yang menakutkan seperti tentang radikalisme, khilafah, komunisme, bahaya China dan banyak lagi. Semuanya dikemas tanpa rasionalitas yang kuat dan jernih. Kita dimasukkan dalam delusi,” katanya.
Misinya apa? Pertama, untuk mendapat keuntungan material. Misi kedua, untuk menghancurkan bangsa ini. Dengan menipisnya rasionalisme akan membuat bangsa ini menjadi masyarakat joker. Istilah masyarakat joker ini terinspirasi film Joker besutan sutradara Todd Philipss. Katanya, dalam kondisi tertentu, masyarakat kita ini memiliki elemen untuk dijokerkan. Seperti kemiskinan, pengangguran, perasaan terpinggirkan, terhimpit kesulitan ekonomi, kalah bersaing dengan pendatang, eksploitasi oleh pemodal, melihat kebohongan media.
Karena rasionalisme masyarakat Joker itu rendah, tegas Anwar, maka sulit diajak berpikir jernih. Sulit dialog. Tidak bisa menyelesaikan masalah secara rasional. Walhasil mereka menghadapi masalah dengan marah, ngamuk, merusak, membunuh dan membakar kota.
Ditanya tentang apa yang jadi agenda prioritas Jokowi? Anwar mengatakan, super prioritas adalah harus menjadi pemimpin yang adil. Innallaha yakmuru bil adli wal ihsan, Allah memerintahkan berbuat adil dan kebaikan. Kunci mendapat cinta lahir batin dari rakyat adalah berbuat adil. Ajaran leluhur Jawa jelas bahwa raja itu minongko jejeking adil, merupakan penegak keadilan.
“Program yang harus jadi top prioritas adalah pertama, ekonomi. Kedua, ekonomi. Ketiga, ekonomi. Saat ini bagi rakyat, untuk nempur beras saja kesulitan. Sebagian rakyat kita ini seperti hidup di laut denga air sampai tenggorokan. Guncangan ombak kecil saja sudah cukup untuk menenggelamkan,” tegasnya.(ana)