Antre Feri di Banyuwangi Bisa 5 Hari, Sopir Truk Resah
Namanya Slamet Barokah. Pekerjaannya adalah sopir truk yang memuat logistik. Dia biasa menyopiri truk logistik yang melintasi Banyuwangi, Bali bahkan sampai Lombok.
Baru-baru ini Slamet Barokah membuat surat terbuka. Bukan soal keluhan pungli yang biasa dihadapi oleh para sopir truk. Bukan pula surat terbuka keluhan soal jalan aspal yang harus diperbaiki. Slamet Barokah membuat surat terbuka soal permintaannya untuk menambah jumlah yang melintas lintasan Banyuwangi-Lembar Lombok. Surat terbuka ini ditujukan kepada Kementerian Perhubungan.
Kata Slamet surat yang dikirimkan pada 14 Agustus 2023 tersebut pada intinya meminta kepada ASDP Ketapang Banyuwangi yang berada di bawah naungan Dirjen Perhubungan Darat dan PT Pelindo Tanjungwangi yang berada di naungan Dirjen Perhubungan Laut untuk menambah kapal.
Permintaan penambahan kapal ini tidak hanya di lintas Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi-Lembar, Lombok yang berada di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi tetapi juga di Pelabuan Tanjungwangi, Banyuwangi-Pelabuhan Gilimas, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Dengan berkembangnya pelayanan pelayaran di lintasan tersebut, maka kami berharap adanya penambahan kapal di lintasan Banyuwangi-Nusa Tenggara Barat,” tegasnya.
Dia menjelaskan, Banyuwangi merupakan gerbang ekonomi terbesar dalam mobilisasi logistik ke wilayah Indonesia timur. Menurutnya, pelayaran dari Banyuwangi ke Lombok sudah semakin berkemban. Sehingga perlu adanya penambahan armada kapal untuk lintasan pelayaran dua wilayah ini.
Ada beberapa sebab yang melatarbelakangi permintaan penambahan kapal ini. Pertama, semakin meningkatnya volume kendaraan logistik. Hal ini menurutnya, mengakibatkan antrean berhari-hari di masing-masing kantong parkir.
“Baik yang disediakan ASDP dan pengantongan parkir yang juga di sediakan Pelindo,” jelasnya.
Pria yang juga Ketua DPC Aptrindo Banyuwangi ini, menjelaskan, antrean untuk masuk kapal yang mencapai 2 sampai 5 hari ini, menyebabkan sering terjadi kemacetan di jalan. Baik itu menuju Pelabuhan Ketapang maupun menuju Pelabuhan Tanjungwangi.
“Disebabkan sering terjadinya gejolak sopir truk menuntut pelayanan,” katanya dalam surat tersebut.
Terjadinya gejolak ini, menurutnya, dipicu penambahan biaya operasional dan lambatnya pengiriman logistik akibat harus menunggu giliran menyeberang selama berhari-hari.
“Sudi kiranya Kementerian Perhubungan untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan permohonan kami,” ungkapnya.
Untuk diketahui, saat ini di lintas Tanjungwangi-Gilimas terdapat 3 kapal yang beroperasi. Yakni KMP Mutiara Barat, KMP Mutiara Sentosa dan KMP Mutiara Persada.
Sedangkan di lintas Ketapang-Lembar terdapat tujuh kapal yang beroperasi. Yakni KMP Parama Kaliani, KMP Trimas Layla, KMP Marisa Nusantara, KMP Jambo X, KMP Jatra II, KMP Tunu Pratama Jaya 5888, dan KMP Dharma Ferry IX.
Korsatpel BPTD Ketapang, Banyuwangi, Rocky Surentu menyatakan, dari tujuh kapal eksisting di lintas Ketapang-Lembar ini, dua kapal sedang melaksanakan perbantuan ke lintas Jangkar-Lembar yakni KMP Jatra II dan KMP Jambo X. Dua kapal lainnya sedang docking yaitu KMP Trimas Layla, KMP Marisa Nusantara.
“Yang jalan (di lintas Ketapang-Lembar), Dharma Ferry IX dan Paramakaliani. Tunu masih melayani hari ini, besok dia persiapan docking,” ujarnya.
Advertisement