Antre Air Sampai Dini Hari Kini Tak Perlu Lagi di Dolokgede
Air merupakan sumber kehidupan. Sehingga krisis air bersih menjadi persoalan serius yang harus segera teratasi. Namun, hal itu tak berlaku bagi warga Desa Dolokgede di Kabupaten Bojonegoro. Pasalnya, kesulitan mendapatkan air bersih khususnya di musim kemarau sudah mereka rasakan sejak puluhan tahun lalu.
Selama ini, warga mengandalkan air dari sumur bor untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun saat musim kemarau tiba, kondisi air sumur itu tak layak untuk dikonsumsi lantaran keruh dan berbau. Sehingga mereka harus menempuh beragam cara untuk mendapatkan air bersih.
Tak jarang warga desa setempat harus mengantre berjam-jam untuk menimba air dari sumur yang berada di masjid desa setempat yang selalu jernih.
Namun bukan berarti tanpa kendala, sebab debit air di sumur itu tak selalu mencukupi kebutuhan warga. Di awal musim kemarau, memang tak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengisi jeriken atau timba yang mereka bawa, karena debit air relatif tinggi.
Tapi kondisi akan berbeda tatkala memasuki pertengahan musim kemarau, debit air sumur pun berkurang. Sehingga antrean warga yang menimba air pun mengular. Bahkan bisa memakan waktu lebih lama karena menunggu debit air naik setiap kali habis ditimba.
Saking panjangnya antrean, mereka bisa menghabiskan waktu sampai pukul 02.00 dini hari. “Kasihan warga yang rumahnya agak jauh. Mereka harus menimba dari sumur di masjid dan membawanya pulang. Tentu saja sangat melelahkan. Tapi mau bagaimana lagi, mereka harus melakukannya karena butuh,” ujar Nunuk Sri Rahayu, Kepala Desa Dolokgede, Kabupaten Bojonegoro.
Namun terhitung sejak 2015, permasalahan air di pelosok desa Kabupaten Bojonegoro ini sedikit teratasi. Sebab, mereka mendapatkan bantuan pasokan air bersih dari proyek Pengembangan Lapangan Unitisasi Gas Jambaran Tiung Biru (JTB) milik PT Pertamina EP Cepu (PEPC).
“Kebetulan desa kami ini ring satu dari pengerjaan proyek JTB milik Pertamina itu. Jadi ketika kami minta bantuan dari CSR mereka, JTB mengirimkan pasokan air bersih untuk desa kami,” katanya.
Untuk memasok air bersih ke Desa Dolokgede, JTB biasanya lebih dulu berkomunikasi dengan kepala desa setempat. Setelah mendapatkan titik lokasi yang harus mereka tuju, JTB kemudian mengirimkan truk tangki berisi air bersih. Sebab, tak semua RT dari 14 RT di Desa Dolokgede yang mengalami krisis air bersih selama musim kemarau berlangsung.
Seperti diungkapkan tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat setempat, M. Sholikin, hampir separuh lebih masyarakat di Desa Dolokgede yang terdampak rawan air bersih saat musim kemarau tiba. Mereka secara bergantian mendapat pasokan air bersih dari proyek strategis nasional
Kendati mendapat pasokan air bersih dari JTB, warga desa tetap harus menghemat pemakaian air bersih yang mereka simpan. Sebab, bantuan tidak bisa datang setiap saat ketika mereka membutuhkan.
Tapi, kini penduduk Desa Dolokgede bisa bernapas lega. Sebab, sekarang mereka tak perlu berkeringat dan menahan kantuk hingga larut malam untuk mendapatkan air bersih, atau menunggu pasokan dari truk tangki JTB. Karena saat ini sebagian besar rumah warga sudah teraliri air bersih dari Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang dibangun oleh Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Timur yang bekerja sama dengan PDAM Bojonegoro itu.
Total ada 126 dari 200-an rumah warga yang sudah teraliri air bersih dari SPAM yang dibangun di wilayah Kecamatan Purwosari dan Tambakrejo ini. Mereka tak perlu lagi memanggul jeriken atau menenteng timba dengan peluh bercucuran untuk mendapatkan air bersih.
Kini, warga Desa Dolokgede tinggal mengulir kran, air bersih nan jernih pun mengalir dengan derasnya. Sumber kehidupan telah tiba di rumah-rumah mereka.