Antisipasi Gagal Ginjal, Pemkot Surabaya Siapkan Alat Cuci Darah
Dalam dua bulan terakhir, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan kasus gagal ginjal pada anak yang meningkat signifikan. Lebih dari 100 anak di Indonesia mengalaminya.
Guna mengantisipasi hal tersebut pada anak-anak di Surabaya, Walikota Surabaya, Eri Cahyadi meminta Dinas Kesehatan untuk melakukan sosialisasi faskes dan RS milik pemkot. Hal ini dilakukan untuk menghindari penolakan apabila ditemukan kasus tersebut.
"Sejauh ini belum ada kasus gagal ginjal pada anak di Surabaya. Meski begitu kami tetap lakukan antisipasi, apabila nanti ditemukan kasusnya penanganan akan difokuskan pada RS Soewandhi dan BDH," terang Eri, Jumat, 14 Oktober 2022.
Selain itu, Eri juga menginstruksikan kepada Puskesmas untuk melakukan sosialisasi ke masyarakat mengenai pencegahan hingga gejala terkait gagal ginjal pada anak. "Sehingga kalau ditemukan gejala bisa diketahui dan mendapatkan penanganan," terang Eri.
Kendati demikian, pihaknya masih menyiapkan fasilitas cuci darah, karena RS milik Pemkot Surabaya belum memilikinya. Ia mengusahakan, pada akhir tahun fasilitas tersebut sudah ada di dua RS milik Pemkot. "Untuk cuci darah selama ini masih dilakukan di RS yang kerja sama dengan Pemkot. Semoga tahun ini alat cuci darahnya sudah ada," terangnya.
Mengenai biaya perawatan, Eri menjamin bagi warga Surabaya tak perlu khawatir karena sudah ditanggung BPJS dengan menunjukkan KTP Surabaya. "Kalau anaknya yang sakit yang bisa menunjukkan KTP orang tuanya. Kalau warga Surabaya tinggal menunjukkan KTP saja," imbuhnya.
Di samping itu, Eri berpesan kepada orang tua untuk menjaga kesehatan dan menjaga asupan makanan anak, sebagai salah satu langkah antisipasi kasus gagal ginjal pada anak. "Gagal ginjal ini kan pengaruhnya banyak, dari makanan, minuman, lingkungan juga harus dijaga. Di sini saya minta puskesmas lebih gencar sosialisasi kepada masyarakat," pungkasnya.
Sebelumnya, dokter spesialis anak, dokter Benny Herlianto dari National Hospital menjelaskan ada beberapa yang bisa dikenali oleh orang tua. Misalnya anak mengalami penurunan produksi kencing, kencing berdarah, sakit kepala, muntah, pucat dan badan membengkak.