Anthony Martial Buka-Bukaan Soal Hal Buruk Mourinho dan Solksjaer
Anthony Martial baru-baru ini membongkar hubungan buruknya dengan Jose Mourinho dan Ole Gunnar Solksjaer. Baginya, masa kelam itu merupakan pengalaman tak menyenangkan dalam hidupnya.
Penyerang Manchester United itu bergabung dari klub kontestan Liga Prancis, Monaco, pada 2015. Di klub itu, ia mulai bersinar dengan mencetak 17 gol. Namun performanya terus merosot setahun kemudian, ketika Mourinho menggantikan Louis van Gaal sebagai pelatih Setan Merah.
Sejak saat itu, Martial belum benar- benar kembali ke performa terbaiknya. Ia pun harus berjuang keras untuk mendapatkan tempatnya di tim inti.
Bicara soal Mourinho, Martial menyebut pelatih asal Portugal itu tak memiliki rasa hormat kepada dirinya karena memberikan nomor punggung 9 kepada Zlatan Ibrahimovic tanpa seizin dirinya.
Sebelum kedatangan bintang Swedia tersebut, nomor punggung 9 adalah milik Anthony. Sehingga ia merasa dilangkahi karena nomor itu diberikan begitu saja kepada Ibra.
Bukan hanya soal nomor punggung, Anthony juga menyalahkan Mourinho lantaran ia tak masuk dalam skuat Prancis di Piala Dunia 2018, yang kemudian tampil sebagai juara setelah mengalahkan Kroasia 4-2 di final.
Menurutnya, keputusan Mourinho yang kerap tak memainkan dirinya membuat juru taktik tim Prancis, Didier Deschamps tak memanggilnya ke dalam skuat Prancis.
"Dia (Mourinho) berbicara tentang saya di media, frasa kecil, sedikit seperti yang dia lakukan kepada Karim Benzema di Real Madrid. Dia menyukai permainan kecil ini, tetapi dia juga tahu dengan siapa dia melakukannya," kata Martial kepada France Football.
“Dia tahu bahwa saya saat itu berusia 20 tahun, bahwa jika saya mengatakan sesuatu, saya yang dianggap sebagai pemuda yang kurang respek. Jadi saya tidak mengatakan apa-apa, itu tidak berguna. Musim berikutnya, saya adalah yang terbaik di musim itu. Di awal musim, dia membawa Alexis Sanchez dan di sana saya hampir tidak bermain lagi.”
"Ini adalah musim Piala Dunia dan saya harus membayar mahal, terutama karena tim Prancis menang. Saya seharusnya ada di sana."
Ketika Solskjaer menggantikan Mourinho pada Desember 2018, harapan Martial akan masa depannya sempat membubung, terutama setelah pelatih asal Norwegia itu menempatkannya di depan Romelu Lukaku sebagai titik fokus serangan United, tetapi ketika dia diminta untuk bermain meski dalam keadaan cedera, hubungan mereka berubah asam. Solksjaer tampak tak puas dengan penampilan pemain Prancis tersebut.
“Saya secara teratur bermain dalam keadaan cedera,” aku Martial.
"Orang-orang tidak tahu, saya tidak bisa berakselerasi selama empat bulan sejak musim Covid-19. Pelatih mengatakan dia membutuhkan saya, jadi saya tetap bermain. Tapi jika saya tidak bisa berakselerasi, itu menjadi sangat buruk, sama saja tidak baik. Pelatih tidak pernah repot-repot memberi tahu media bagaimana sebetulnya kondisi saya.”
"Jelas, saya akhirnya cedera cukup lama, dan ketika saya kembali setelah pulih, saya tidak bermain lagi. Saya menerimanya dengan sangat buruk, saya merasa tidak adil, Anda diminta untuk mengorbankan diri Anda untuk tim, tapi kemudian tidak beri kesempatan lagi.”
"Bagi saya, itu hampir seperti pengkhianatan. Itu saja yang saya benci. Saya bisa disalahkan, tapi bukan karena kebohongan."
Solskjaer kemdian dipecat di pertengahan musim lalu, meski penggantinya, Ralf Rangnick nyaris tak pernah melihat potensi Martial. Maka ia dia pergi ke Sevilla dengan status pinjaman pada Januari.
Segalanya tidak menjadi lebih baik sejak Erik ten Hag tiba di masa pramusim. Pelatih asal Belanda itu hanya menggunakan Martial sekali dalam tujuh pertandingan musim ini, sebagai pemain pengganti babak kedua saat klub menang 2-1 atas Liverpool bulan lalu.