Antara Otak dan Hati, Ini Kisah Prof Sumanto Al Qurtuby
Jujur saja saya sering bingung bercampur heran dengan berbagai kalimat yang dihubungkan dengan "hati". Misalnya: "sakit hati" (atau "barisan sakit hati"), "cintailah sepenuh hati", "dasar orang tak punya hati," "beragama itu harus dengan hati," "memahami Tuhan itu harus dengan hati," dan seterusnya.
Saya tentu saja paham maksudnya, kata hati disitu dikaitkan dengan "rasa" atau "perasaan". Tapi justru disini masalahnya. Apakah hati itu bisa merasakan? Apakah hati bisa merasakan rasa cinta, sedih, sakit, perih, bahagia, senang, enak-gila dan seterusnya?
Sejak kapan hati memiliki fungsi untuk "merasakan sesuatu"? Ilmuwan siapa yang menemukannya? Seingat saya di pelajaran biologi dulu, fungsi hati yang juga disebut liver ini adalah, antara lain, membersihkan darah, menghancurkan sel darah merah, memproduksi protein, menyimpan nutrisi, dlsb.
Yang bisa merasakan itu sebetulnya otak. Jadi otak bukan hanya berfungsi untuk "memikirkan sesuatu" tetapi juga "merasakan sesuatu". Otak bukan hanya berkaitan dengan akal-pikiran tetapi juga rasa-perasaan. Orang kalau otaknya mbledos atau ambrol, ia tak bisa merasakan apa-apa.
Jadi kontrol (ingat kalau nyebut "kontrol", "R"-nya jangan sampai ketinggalan) manusia itu ada pada otak. Itulah sebabnya kenapa otak berada di dalam kepala atas (bukan kepala yang tengah misalnya untuk laki-laki) atau di dengkul dan epek-epek.
Itulah pula kenapa saya sering posting yang mengaitkan agama dengan otak dan akal-pikiran bukan dengan hati.
Jadi, mulai sekarang tolong bahasa kaliyen diperbaiki.
Misalnya, jangan lagi menyebut, "barisan sakit hati" karena itu berarti "kumpulan orang yang sedang menderita sakit liver."
Lalu, kalimat "cintailah sepenuh hati" perlu diganti dengan "cintailah sepenuh otak".
Kalimat "Dasar orang tak punya hati", harusnya diganti "Dasar orang tak punya otak".
Kemudian kalimat "Beragama itu harus dengan hati" perlu diganti menjadi "Beragama itu harus dengan otak".
Terus lagi kalimat: "Sayang, hati-hati di jalan ya?" Perlu diganti dengan, "Sayang, otak-otak di jalan ya?"
Jabal Dhahran, Jazirah Arabia.
*) Dipetik dari akun facebooknya.
**) Prof Sumanto Al Qurtuby, Dosen Universitas King Fahd of Petroleum and Minerals, Arab Saudi.
Advertisement