Ansor Satu Negeri Masuki Maluku Utara, Kisah Ini Mengejutkan
Tim 17 Kirab GP Ansor Satu Negeri kini memasuki wilayah di Provinsi Maluku Utara. Di provinsi ini, para kader muda NU menyambut dengan penerimaan hangat. Seremoni Serah Terima Panji Merah Putih Kirab Satu Negeri dari Sekretaris PW GP Ansor Provinsi Maluku kepada Ketua PW GP Ansor Provinsi Maluku Utara di Bandara Sultan Babullah kota Ternate.
Tim 17 Panji Merah Putih Kirab Satu Negeri Provinsi Maluku Utara konvoi menuju Kedaton Kesultanan Ternate. Tiba di Gerbang Kedaton, Tim Kirab Satu Negeri di sambut tarian tradisional Soya-soya dan tarian Cakalele.
Dilanjutkan Apel Serah Terima Panji Merah Putih Kirab Satu Negeri dari Ketua PW GP Ansor Provinsi Maluku Utara Salim Taib kepada Ghalib selaku Alfaris (Pasukan Pengamanan Sultan) Kesultanan Ternate di halaman Kedaton Kesultanan Ternate.
"Dipimpin oleh seorang katib juru tulis yang juga imam di lingkungan kedaton, ritual dimulai dengan membakar wewangian dan semua peserta yang hadir mengambil irisan daun pandan lalu diletakkan di atas meja di hadapan peserta."
“Bacaan doa dan tahlil yang dibacakan hampir sama dengan bacaan di tanah Jawa. Namun irama bacaannya saja yang khas dari Kesultanan Ternate,” kata Imam Kusnin Ahmad.
Apel Serah terima dihadiri Dr. Burhan Abdurrahman, Walikota Ternate, Pejabat Kesultanan Ternate antara lain H. Burhan selaku Kie Malahan Marsauli Kesultanan Ternate, H. Anyanhar Danau Bashir selaku Kapita Lao Kesultanan Ternate, H. Rinto Adam selaku Kapita Tola Ngara Kesultanan Ternate, Perwakilan PWNU Provinsi Maluku Utara, Fatayat NU Maluku Utara, dan PMII Maluku Utara.
Kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan bendera Merah Putih untuk di inapkan di Kedaton Kesultanan Ternate diawali dgn ritual adat dipimpin oleh H. Sadiq Abdurrahman selaku Katib Juru Tulis Kesultanan Ternate
Hubungan Kesultanan Ternate dengan GP Ansor. Sebuah catatan dalam perjalanan Kirab Satu Negeri di kota Ternate
Malam itu, Rabu, 3 Oktober Tim Kirab Satu Negeri menghadiri acara Ritual Alam Mokulano di Kedaton Kesultanan Ternate. Ritual tersebut merupakan tradisi kedaton yang dilaksanakan untuk mendo'akan keselamatan bagi negara dan bangsa Indonesia.
Dipimpin oleh seorang katib juru tulis yang juga imam di lingkungan kedaton, ritual dimulai dengan membakar wewangian dan semua peserta yang hadir mengambil irisan daun pandan lalu diletakkan di atas meja di hadapan peserta.
Setelah itu sang imam menabur irisan daun pandan tersebut diikuti seluruh peserta sambil membacakan shalawat.
Untaian shalawat, tawasul dan doa di bacakan sang imam. Tidak luput juga bacaan tahlil selama prosesi ritual berlangsung.
“Bacaan doa dan tahlil yang dibacakan hampir sama dengan bacaan di tanah Jawa. Namun irama bacaannya saja yang khas dari Kesultanan Ternate,” kata Imam Kusnin Ahmad, juru bicara tim Ansor pada ngopibareng.id.
Singkat cerita, selesai lah prosesi ritual tersebut. Lalu Tim Kirab Satu Negeri beserta undangan yang hadir menikmati jamuan yang sudah disiapkan pihak Kedaton.
Yang paling menarik adalah sajian kopi hitam khas kedaton yang di sebut kopi nyiru. Kopi yang di campurkan dengan kayu manis.
Sambil menikmati kopi, kami berbincang-bincang santai dan penuh keakraban dengan sesepuh serta abdi dalam Kedaton.
Perbincangan kami seputar perjalanan Kesultanan Ternate, meskipun tidak secara menyeluruh terungkap. Namun ada hal yang menarik ketika seorang Kapita Tola Ngara (pejabat di kesultanan) menyampaikan salam dari Mohdar Mustafa seorang Jogugu Kesultanan Ternate (Perdana Menteri) yang tidak dapat hadir karena alasan kesehatan.
Sang Kapita mengatakan bahwa Mohdar Mustafa adalah Ketua GP Ansor pertama di Ternate yang menjabat pada tahun 1965. “Adalah Sultan Iskandar Muhammad Jabir Sjah yang membuka ruang bagi GP Ansor untuk hadir dalam lingkungan keraton Kesultanan Ternate,” tuturnya.
Sungguh merupakan hal yang menggembirakan bagi kami sebagai kader GP Ansor, oleh karena Ansor seperti berada dalam rumahnya. (adi)