Ansor dan Pagar Nusa Bersama Membentengi Indonesia
Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor dilantik di hadapan Presiden Joko Widodo, Rais Aam PBNU KH. Miftahul Akhyar, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH. Yahya Cholil Staquf, Menteri Agama Gus Yaqut C. Qoumas di Istora Senayan Jakarta, Senin (27 Mei 2024).
Hadir pula kiai-kiai, Bu Nyai dan gus-gus serta Ning jaringan pesantren, serta perwakilan Lembaga dan banom Nahdlatul Ulama dan ribuan kader Ansor.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa, M. Nabil Haroen mengungkapkan bahwa pihaknya merasa bangga dengan perkembangan pesat Gerakan Pemuda Ansor.
“Ansor dan Pagar Nusa merupakan banom Nahdlatul yang bersama-sama merawat kader, membesarkan organisasi, sekaligus membentengi Indonesia. Kami bersama-sama, berkhidmah untuk melayani kiai, menguatkan organisasi, serta Khidmah untuk Nahdlatul Ulama.
"Ansor dan Pagar Nusa merupakan dua organisasi banom utama di Nahdlatul Ulama, selain Muslimat, Fatayat, IPNU – IPPNU, serta organisasi sayap dan badan otonom yang lainnya,” ungkap Nabil.
Sejarah Panjang
Lebih lanjut, Nabil Haroen menegaskan, GP Ansor punya sejarah panjang sebagai organisasi kader di Nahdlatul Ulama.
“Ansor memiliki jejak panjang dalam organisasi di bawah Nahdlatul Ulama, yang mengiringi perjuangan lintas generasi. Ansor didirikan pada tahun 1934, dalam derap organisasi Nahdlatul pada masa proses kemerdekaan. Pada masa yang sama, para pendekar yang menjadi cikal bakal berdirinya Pagar Nusa, juga berjuang bersama-sama untuk mempersiapkan kemerdekaan.
"Dengan demikian, kader Ansor dan pendekar yang menjadi fondasi berdirinya Pagar Nusa, bersama-sama menjadi pejuang bangsa, bersama-sama barisan Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dan kiai-kiai NU memperjuangkan bangsa. Meski Pagar Nusa dibentuk secara resmi pada 3 Januari 1986, namun jejak perjuangan pendekar santri, sudah ada sejak awal masa kemerdekaan,” jelas Nabil Haroen, yang juga anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan.
Menurut Nabil Haroen, Nahdlatul Ulama memiliki masa depan cerah, karena barisan kader yang solid dan siap bergerak bersama.
“Ansor masa depan adalah Nahdlatul Ulama pada masa mendatang. Demikian juga, Pagar Nusa adalah masa depan Nahdlatul Ulama, hal yang sama juga bagi kader-kader Nahdlatul Ulama di berbagai jenjang pengkaderan organisasi. Kami bangga menjadi kader Nahdlatul Ulama, dan siap bersama-sama Khidmah untuk organisasi para kiai, sekaligus juga berkontribusi untuk Indonesia,” terangnya.
Nabil Haroen menegaskan bahwa pengkaderan para kiai dan aktivis NU mendidik kader kuat secara pikiran, gerak langkah dan ruhani.
“Pengkaderan di Nahdlatul Ulama terbukti mendorong santri untuk menjadi pemimpin-pemimpin Indonesia masa kini dan mendatang. Kami bersiap agar kader-kader NU di lintas organisasi, juga menjadi teknokrat dan pemimpin bangsa di masa mendatang. Pengkaderan yang menjadikan kami kokoh secara spiritual, mental, pikiran dan gerak langkah,” terangnya.
“Sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa, saya merasa bangga dengan kontribusi kader-kader Nahdlatul Ulama pada masa kini. Saya berbangga dengan saudara tua kami, Gerakan Pemuda Ansor.
"Kami bangga bisa berkhidmah untuk Nahdlatul Ulama dan Indonesia. Saatnya menjemput masa depan, dengan menyiapkan kader-kader mumpuni dan menjadikan NU serta Indonesia menjadi Digdaya,” ungkap Nabil Haroen, yang lama nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri ini.
Nabil Haroen menegaskan bahwa Pagar Nusa bersama Ansor serta banom dan Lembaga Nahdlatul Ulama, siap untuk bersama-sama menguatkan Nahdlatul Ulama serta menjaga sekaligus berkontribusi untuk Indonesia.
Advertisement