Anomali Tingkat Korupsi dan Prestasi di Jatim yang Sama Tinggi
Menyusul ditahannya Bupati Malang Rendra Kresna sebagai tersangka kasus dugaan suap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ternyata hal itu makin membuat Gubernur Jatim Soekarwo (Pakde Karwo) jadi bingung.
Pasalnya kata Pakde, kasus Rendra ini semakin menambah rentetan panjang kepala daerah di Jawa Timur yang tersangkut masalah korupsi. Menurutnya, hal ini adalah anomali, sebab Pakde mengklaim kabupaten dan kota di Jatim mendapat penghargaan pelayanan publik terbaik.
"Ini anomali, Jawa Timur itu pelayanan publiknya terbaik hampir 30 persen di skala nasional, pelayanan publik itu paling bagus di Jawa Timur, tapi OTTnya kok banyak," kata Pakde Karwo, ditemui usai menghadiri Kongres V Vokasi Nasional di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Selasa (16/10).
Tak sampai di situ, kebingungan Pakde semakin bertambah, sebab dalam waktu dekat, dirinya mengaku ditunjuk bakal mewakili Provinsi Jatim berbicara tentang governance di hadapan sekretaris daerah seluruh provinsi, di Departemen Dalam Negeri (Depdagri).
"Kita itu besok di Depdagri, (di depan) semua eselon satu sekda seluruh provinsi disuruh nyampaikan tentang governance, lah saya ini kan bingung, yang kena OTT banyak, tapi dapat penghargaan banyak itu jelaskannya bagaimana," kata Pakde.
Pakde mengaku, dirinya kini pun segera mengundang tenaga ahli untuk mencari tahu apa penyebab tingginya kepala daerah di Jatim yang terjaring operasi lembaga antirasuah tersebut.
"Saya mengundang psikolog, tiga orang, saya minta tolong dilakukan penelitian. Mengapa kemudian yang OTT banyak pada daerah yang pertumbuhan ekonominya dan demokrasinya bagus, ini kenapa," ujar Gubernur Jatim dua periode ini.
Selain mencari penyebab, permintaan tenaga ahli ini, kata Pakde juga bertujuan untuk memetakan bagaimana daerah ini bisa menemukan solusi memulihkan integritas dan mengurangi tingginya praktik korupsi di tengah para pimpinan-pimpinannya.
"Jadi integritas insan kamilnya itu ngurusinnya gimana, jadi saya minta bantuan ahli-ahli untuk melakukan penelitian kenapa, dan bagaimana cara menguranginya," ujar dia. (frd)
Advertisement