Angkat Potensi Wisata Kulon Progo, Mahasiswa ITS Jadi Juara ASPI
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menjadi juara dalam ajang penghargaan Asosiasi Sekolah Perencana Indonesia (ASPI) yang berlangsung di Nusa Dua Convention Center, Bali, pada Kamis, 2 September 2021 lalu.
Mengusung konsep Pengembangan Desa Banjararum sebagai Agrowisata Berkelanjutan. ITS berhasil meraih juara pertama di kategori Desain Kawasan dalam ajang tersebut.
Tim ITS yang diketuai oleh Ahimsa Fabiansa dan beranggotakan enam orang. Antara lain Vinka Sisriyani Oktaviola, Adella Fajrin Nafiah, Shinta Ulwiya, Fandhi Al Idrus Dwi Saputra, Annis Ratiningsih, dan Rafif Atthariqal Akbar ini menjelaskan konsep yang mereka usung hingga bisa menjadi juara.
"Kawasan yang direncanakan merupakan bagian dari Desa Banjararum, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta dengan luas wilayah sebesar 9,6 hektare. Pemilihan kawasan ini didukung oleh kebijakan dan perencanaan yang berlaku," kata Ahimsa.
Ahimsa menjelaskan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kulon Progo tahun 2012-2032 dan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Nomor 9 tahun 2015, keduanya saling menguatkan bahwa Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ini dapat dikembangkan sebagai basis komoditas pertanian didukung pariwisata atau agrowisata.
Selain itu alasan lain memilih kawasan ini adalah ditinjau dari potensi lokalnya, mayoritas penduduk Desa Banjararum bermata pencaharian sebagai petani atau pekebun.
"Penduduk memiliki karakteristik masyarakat yang masih mempertahankan nilai historis yang mengangkat budaya lokal. Banyak ditemukan perkumpulan budaya seperti jatilan, hadrah, ketoprak dan lainnya.” ujar mahasiswa yang juga menjabat sebagai Ketua Departemen Kajian Strategis Himpunan Mahasiswa Planologi ITS ini.
Karenanya, dalam studio perencanaan kawasan ini, Ahimsa mengungkapkan bahwa timnya ingin mengintegrasikan agrowisata yang mengangkat nilai potensi lokal. Potensi lokal yang ditonjolkan diambil dari segi arsitektur bangunan dan adanya wadah pertunjukan budaya.
"Dengan menyedikan foodcourt dan pusat oleh-oleh, masyarakat dapat mengembangkan produk lokal dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi,” paparnya.
Adapun gaya arsitektur yang diterapkan pada desain kawasan ini yakni perpaduan arsitektur khas Jawa serta arsitektur tropis. Gaya arsitektur yang diangkat ditunjukkan pada penggunaan atap dengan konsep pelana dan perisai, penekanan aksen material kayu yang kuat, hingga penerapan sirkulasi silang pada setiap ruang yang akan menjadi ciri khasnya.
Ahimsa menegaskan bahwa perencanaan kawasan ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu integrasi pengembangan pariwisata dan agro berbasis potensi lokal menjadi jawaban tantangan Sustainable Development Goals (SDGs) Desa.
Hal tersebut dicapai melalui pemberdayaan masyarakat sesuai dengan komoditas dan komunitas lokal yang ada, serta menggunakan desain kawasan dengan langgam Jawa yang khas.
“Kami berharap bahwa kemenangan yang ditorehkan ini dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa-mahasiswa PWK lainnya dalam membuat inovasi terkait konsep perencanaan yang implementatif juga solutif,” pungkasnya.
Advertisement