Angkat Isu Sosial Kekinian, Kemasan Gandrik Justru Penuh Jenaka
Setelah sukses mengangkat lakon "Gundala Gawat" pada 2013, Teater Gandrik kembali pentas di Surabaya. Kali ini, Teater asal Jogjakarta itu, akan pentasi di Ciputra Hall Surabaya, Jumat - Sabtu malam, tanggal 6 dan 7 Desember 2019, pukul 19.00 WIB. Mereka membawakan lakon "Para Pensiunan", karya terakhir sutradara G Djaduk Ferianto.
Pimpinan Produksi Teater Gandrik, Butet Kartaredjasa, mengatakan bahwa bagi Teater Gandrik, pentas di Surabaya adalah pulang kampung. Karena Teater Gandrik kental dengan nuansa Jawa seperti Ludruk.
"Bedanya dengan ludruk yaitu cerita isu mutakhir. Dalam disiplin teater moderen, menggunakan skenario, temanya bisa ke mana-mana, musiknya tidak harus musik tradisional seperti ludruk, dan pemainnya tidak 'dobel kelamin'," tutur kakak kandung G Djaduk Ferianto (almarhum).
Menurut Arif Afandi, Founder & CEO ngopibareng.id, penyelenggara pementasan Teater Gandrik, kelebihan kelompok seni peran kontemporer ini yaitu dapat mengangkat isu sosial dan isu kontemporer dengan jenaka. Teater Gandrik bisa menjadi alat sosialisasi tanpa ketegangan.
Di tengah hiruk pikuk persoalan perpolitikan dalam serangkaian pesta demokrasi, Pilpres dan Pileg, masyarakat menghadapi banyak ketegangan.
"Nah, setelah berakhir ramai-ramai demokrasi, masyarakat perlu mendapat pelepasan psikis. Dengan mendapat hiburan yang cerdas. Saya kira, Teater Gandrik sangat tepat dengan kebutuhan itu," ujar mantan Wali Kota Surabaya ini.
Naskah "Para Pensiunan" ini merupakan hasil saduran dari karya Heru Kesawa Murti (almarhum) tahun 1986 yang berjudul "Pensiunan". Setelah melalui serangkaian proses, akhirnya naskah ini ditulis kembali oleh Agus Noor dan Susilo Nugroho dan berganti menjadi "Para Pensiunan". Dalam pementasan lakon ini di Surabaya, Susilo Nugroho bersama Jujuk Prabowo, akhirnya didapuk sebagai sutradara menggantikan Djaduk Ferianto, yang meninggal dunia pada 14 November 2019 lalu.
Naskah ini mengangkat persoalan yang hangat di masyarakat, semisal Pilpres. Lakonnya sangat dinamis, bisa berubah.
"Kami jaga plot dan pesan utama, para tokohnya harus bisa membuktikan dirinya bersih. Kalau tidak bisa, tidak bisa dikuburkan," kata Arif Afandi, menambahkan.
Tentang venue, Ciputra Hall, Surabaya. Gedung ini terletak di kawasan Citra Land, Surabaya Barat. Tepatnya di kompleks Puri Widya Kencana. Satu kompleks dengan Sekolah Ciputra.
Hanya 200 meter dari GWalk, kawasan kuliner dan hang out di kota baru Surabaya Barat ini. Arah belakang GWalk jika masuk dari Unesa. Tak jauh dari danau Citra Land.
Gedung pertunjukan seni dengan kapasitas 710 kursi ini satu-satunya yang sudah mempunyai prasarana lengkap di kota ini. Sound system, lighting system, dan kualitas akustik yang sempurna.