Angkat TB, Prof Mulyadi Dikukuhkan Sebagai Gubes Pertama FK Unusa
Prof Dr Mulyadi dikukuhkan sebagai guru besar pertama Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), pada Sabtu, 16 Oktober 2021 siang.
Mengangkat isu mengenai tuberkolosis dunia yang sesuai dengan bidang ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, yang mengantarkan Prof Mulyadi memperoleh gelar guru besar.
Prof Mulyadi mengatakan, perkembangan teknologi transportasi yang berakibat pada arus komoditas trans nasional baik barang, manusia dan hewan, berbagai masalah kesehatan, termasuk kesehatan respirasi menjadi tantangan tersendiri, sehingga risiko penularan berbagai macam penyakit akan semakin tinggi.
“Pada dekade pertama abad 21, lebih dari dua miliar orang bepergian dengan pesawat terbang, ini menjadi salah satu risiko penyebaran penyakit secara transnasional, sehingga berakibat wabah dan pandemi," kata Mulyadi.
Lanjutnya, sejak tahun 1940 terdapat 60% dari 400 penyakit infeksi emerging pada manusia, termasuk penyakit sistem respirasi, dan akan terus menjadi tantangan besar sistem kesehatan masyarakat.
Diungkapkannya, berdasarkan laporan tahunan Tuberkulosis yang diterbitkan pada masa era Sustainable Development Goals (SDGs) dan dimasa End TB Strategy, menempatkan Indonesia bersama beberapa negara lain (India, China, Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan) secara bersama-sama merupakan penyumbang 60% kasus baru tuberkulosis.
“Kasus tuberkulosis bukan hanya karena kemiskinan, akibat tuberkulosis yang berkepanjangan menambah serta memperberat kemiskinan itu sendiri. Dalam skala mikro rumah tangga, pasien tuberkulosis dapat kehilangan hingga 3 - 4 bulan kerja efektif, serta menghabiskan hingga 30% biaya rumah tangga sehari-hari," jelasnya.
Hal ini jarang disadari, ujar Prof Mulyadi, dan masih berlangsung hingga kini di masyarakat. Setiap tahun beban ekonomi terkait akibat tuberkulosis yang ditanggung oleh negara miskin diseluruh dunia mencapai 12 miliar dollar AS.
Dikatakan Prof Mulyadi, ketika problem tuberkulosis belum selesai, kini muncul berbagai wabah dan mengakibatkan pandemi diberbagai belahan dunia, seperti SARS pada 2003, Flu Burung H5N1 serta MERS CoV pada 2016, serta Covid-19 yang saat ini sedang kita alami.
“Infeksi Covid-19 yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2) menjadi penyebab pandemi dan telah mengubah tatanan budaya serta kebiasaan hidup saat ini. Kita menyaksikan bersama ketika dunia memulai tahun 2020 dengan pandemi kedua di abad ini. Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 25 juta diseluruh dunia dan terus berlanjut hingga kini.” terangnya.
Dalam pidato pengukuhan guru besarnya, Prof Mulyadi juga menginggung mengenai proses pembelajaran saat pandemi. Pidato pengukuhan yang diberi judul “Tantangan Pendidikan Dokter Serta Rumah Sakit Pendidikan dalam Pandemi Covid-19” ini menjelaskan mengenai kategori dalam pembelajaran dokter.
"Kompetensi seorang dokter secara sederhana dapat dipilah dalam beberapa kategori, harus diketahui (must know), sebaiknya diketahui (should know), dan baik untuk diketahui (nice to know)," kata Mulyadi.
Dikatakan guru besar kelahiran, Trieng Meduro, Sawang, Aceh Selatan, pada 19 Agustus 1962 ini bahwa menghadapi keadan ini para pendidik kedokteran diharuskan untuk menggunakan sistem berbasis teknologi dan simulasi melalui daring.
“Ini merupakan tantangan sekaligus pertaruhan. Mengingat prinsip utama dalam pendidikan kedokteran --prinsip pengajaran klinis ideal yang tidak dapat digantikan adalah tidak ada guru yang lebih baik selain pengalaman langsung menghadapi pasien,” ungkapnya.